Anak Bangsa Dari Sumba Bersuara di PBB Untuk Kedua Kalinya
Anak bangsa dari Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Roslinda Tamo Ina berkesempatan menyampaikan suara anak Indonesia secara online terkait dampak Covid-19 kepada perwakilan negara anggota PBB di New York, Amerika Serikat pada Rabu (8/10/2020).
Saat bersuara di PBB, Roslinda mengaku, banyak anak-anak yang mengalami kesedihan, karena tidak bersekolah lagi saat pandemi Covid-19. Bahkan, mereka banyak terganggu saat menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau secara online.
Ini adalah kesempatan yang ke dua kali Roslinda Tamo Ina menyampaikan suara ke anggota PBB dengan tema berbeda.
Kesempatan pertama terjadi pada tahun 2019. Pada tahun 2019 perempuan yang akrab dipanggil Oslin ini menyampaikan suara terkait kegiatan penghapusan kekerasan terhadap anak.
Tahun 2020 ini, dia menceritakan suara anak Indonesia yang mengalami kesulitan menghadapi pandemi Covid-19, seperti dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Selain sulit belajar online, kata dia, masyarakat di pelosok Sumba Timur juga sangat susah memperoleh air bersih. Padahal, pemerintah sedang menggencarkan kampanye 3M terkait protokol kesehatan, yakni mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak.
Bila suara ini didengar oleh pemerintah Indonesia, lanjut Oslin, harapannya masyarakat di Sumba Timur, khususnya Desa Kombapari bisa dibantu dengan baik. Karena air bersih memiliki banyak manfaat dalam kehidupan.
Dari dua pengalaman menyampaikan suara di PBB, Roslinda mengaku ada hal unik yang terjadi, yakni belajar bahasa Inggris selama satu minggu sebelum dirinya terbang ke PBB.
"Sebelum satu minggu itu aku terus gali bahasa Inggris. Selalu dikasih semangat, pendamping, orangtua, gereja, semangat pasti kamu bisa, teman-teman semua kasih semangat. Akhirnya saya bisa memberikan yang terbaik," kata Roslinda dalam acara Live Instagram "Muda Bertanya Suara Anak Indonesia di PBB", Selasa (13/10/2020).
Dia juga aktif belajar menggunakan Google terjemahan. Tak hanya itu, dia sering menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-harinya.
"Dicoba terus, saya belajar dan komunikasi dengan bahasa Inggris kepada kawan, meski kadang ada yang saya tak mengerti. Bila tidak mengerti, saya biasanya menggunakan gestur tubuh agar teman komunikasi saya paham," jelas dia.
Oslin tidak ingin mengulangi kesalahan yang pernah terjadi pada saat menyampaikan suara pertama kalinya pada 2019.
"Saya dikasih lima kali speech, tapi yang pertama saya benar-benar tegang. Setelah itu tidak tegang lagi karena sudah bisa dilakukan saat pertama kalinya, sehingga tidak tegang lagi saat menyampaikan speech berikutnya," tutur dia.
Hingga kini, Oslin menegaskan bahwa dirinya masih terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris. Tujuannya agar bisa lebih percaya diri bila diberi kesempatan lagi untuk menyampaikan suara anak Indonesia kepada dunia internasional.
Baca Juga :