Apa Itu Klitih Yang Menimpa Daffa Pelajar Asal Jogja?
Beberapa hari yang lalu terjadi lagi yang dilakukan segerombolan anak muda yang akhirnya memakan korban jiwa seorang pelajar SMA di Yogyakarta dengan luka pada bagian wajah akibat sabetan gir.
Kekerasan tersebut akhirnya menyebabkan sang korban pelajar Daffa Adziin Albasith (18) ditemukan meninggal di Gedongkuning, Jogja ternyata anak anggota DPRD Kebumen Madkhan Anis. Korban diduga menjadi korban klitih saat keluar untuk sahur.
Hal ini membuat tagar #JogjaTidakAman dan #JogjaDaruratKlitih mencuat kembali lantaran masyarakat kembali was-was terhadap maraknya aksi kriminal tersebut.
Apa itu Klitih?
Klitih merupakan salah satu fenomena sosial yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah sekitarnya (terutama Klaten dan Magelang. Klitih adalah perilaku agresivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk melukai seseorang.
Klitih berasal dari bahasa Jawa yang berarti suatu aktivitas mencari angin di luar rumah atau keluyuran. Ada juga yang menyebut klitih merupakan penyebutan terhadap Pasar Klitikan Yogyakarta di mana artinya adalah melakukan aktivitas yang tidak jelas dan bersifat santai sambil mencari barang bekas dan Klitikan.
Menurut sosiolog kriminal Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto, klitih sebenarnya mempunyai makna yang positif. Klitih merupakan kegiatan untuk mengisi waktu luang. Namun, makna itu kemudian menjadi negatif ketika kegiatan mengisi waktu luang itu diisi dengan melakukan tindak kejahatan di jalan, menyerang orang lain secara acak tanpa motif yang jelas.
Sementara istilah nglitih digunakan untuk menggambarkan kegiatan jalan-jalan santai. Akan tetapi, makna klitih kemudian mengalami pergeseran (peyorasi) menjadi aksi kekerasan dengan senjata tajam atau kegiatan kriminalitas anak di bawah umur di luar kelaziman. Fenomena ini terjadi pada umumnya terhadap anak muda usia 14-19 tahun yang merupakan pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Umumnya, pelaku klitih akan mengincar target, merupakan siswa SMA pesaing atau anggota geng pesaing di daerah yang dianggap sepi kemudian pelaku melakukan perundungan (bullying) secara fisik terhadap korban. Terkadang pelaku juga mengambil barang milik korban bahkan termasuk harta benda sehingga terkadang kejahatan ini termasuk perampokan. Tidak jarang juga korban klitih juga meninggal dunia akibat menderita siksaan fisik yang cukup parah.
Dimulai dari keributan satu remaja berbeda sekolah dengan remaja yang lain kemudian berlanjut dengan melibatkan komunitas masing-masing. Aksi saling membalas terus terjadi dan menjadi bagian dari budaya urban. Motif klitih bisa sangat beragam dan korban mereka adalah orang yang ditemui secara acak dijalan. Klitih terkadang juga dipicu oleh permusuhan antar geng.
Ada empat penyebab klitih terjadi, yaitu keterikatan (attachment), komitmen (commitment), keterlibatan (involvement), nilai kepercayaan atau keagamaan (belief).
Pertama faktor keterikatan dengan sekolah dan keluarga yang rendah membuat kegiatan di waktu luang tersangka seperti tidak terpantau, sehingga keadaan ini mendorong komitmen untuk menyadari bahwa menjalani waktu-waktu yang sebenarnya digunakan secara positif malah mendapat stigma.
Kemudian keterlibatan pada sistem di sekolah, rumah, keaktifan di tempat ibadah atau kegiatan keagamaan, olahraga, dan kesenian. Terakhir keterikatan dengan agama yang kurang, menjadikan nilai moral di masyarakat juga menjadi berkurang.
Baca Juga :