Apakah Benar Badak Putih Utara Resmi Punah?
Badak putih utara dikabarkan telah sepenuhnya punah dari muka bumi, dan membangkitkan keprihatinan masyarakat. Satu spesies mereka dengan kelamin betina resmi mati di Sudan, Afrika Utara.
"Badak Putih Utara, Punah! Bertahan selama 55 juta tahun di Bumi, saksi dari perubahan bumi, merasakan seleksi alam yang hebat, namun tak dapat bertahan dari ganasnya Manusia. Selanjutnya hewan apa yang punah atas ganasnya manusia? Komodo? Harimau Sumatera? Gila memang." tulis akun Twitter @SlemanYouthCrew.
Spesies badak putih utara ini ternyata belum sepenuhnya habis dan tak terisisa, The Ol Pajeta Conservacy di Kenya mengklarifikasi hal tersebut.
Saat ini para ilmuan masih dalam upaya mempertahankan spesies badak putih utara ini, dengan sisa sel telur yang ada. Belakangan ramai dibincangkan kepunahan spesies badak putih utara, dan tak menyisakan seekorpun di dunia.
Berdasarkan keterangan Ol Pajeta sebuah konservasi yang peduli penuh dengan kelangsungan hidup badak putih, anggapan punah keseluruhan itu salah, girls.
Memang benar badak putih utara sudah terancam punah, tapi saat ini masih ada 2 ekor badak betina yang tersisa, bernama Najin dan Fatu.
Sebelumnya tersisa 3 ekor badak, namun 2018 lalu satu-satunya jantan bernama Sudan telah mati. Melansir Africa News, (24/2/2021), para ilmuwan di seluruh dunia kini sedang mencari cara agar bisa memulihkan status punah dari badak putih utara.
Caranya adalah dengan menggunakan telur yang dipanen oleh dua betina dan sperma yang dikumpulkan dari kulit putih utara jantan yang disimpan sebelum mereka mati. Embrio akan dibuahi secara artifisial dan kemudian ditanamkan ke badak putih selatan pengganti.
Tahun 2020, tiga embrio berhasil dibuat. Sayangnya, pandemi virus corona menyebabkan penundaan. Sementara itu, kedua badak sudah semakin tua. Najin sekarang berusia 32 tahun dan telurnya mungkin akan tidak lagi layak. Sementara, Fatu berusia 21 tahun. Namun, harapan masih ada untuk memulihkan status kepunahan badak putih utara.
Mengenal Badak Putih Utara
Melansir National Geographic, badak putih memiliki nama ilmiah Ceratotherium simum. Hewan mamalia ini merupakan pemakan tumbuhan atau herbivora. Berat badak putih antara 1,6 sampai 4 ton.
Sebenarnya, baik badak putih maupun badak hitam memiliki warna yang sama, yaitu abu-abu. Perbedaannya ada pada bentuk bibir mereka. adak hitam memiliki bibir atas yang runcing, sedangkan badak putih memiliki bibir persegi. Akibat bentuk bibirnya, badak putih lebih sering mendapat sumber makanan dari rerumputan.
Saat mencari makan, ia akan berjalan dengan kepala besar dan bibir perseginya diturunkan ke tanah. Badak putih hidup berkelompok di dataran berumput Afrika. Betina badak putih bereproduksi hanya setiap 2,5 sampai 5 tahun sekali.
Berbeda dengan badak lainnya, badak putih memiliki dua cula. Tanduk badak tumbuh sebanyak tiga inci dalam setahun. Betina menggunakan tanduk mereka untuk melindungi anak-anak mereka, sementara jantan menggunakannya untuk melawan penyerang.
Cula badak kerap diburu dan diperdagangkan secara ilegal. Hal ini menjadi awal dari kepunahan badak putih tersebut. Culanya digunakan untuk obat-obatan di China, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura. Sementara, di Afrika Utara dan Timur Tengah cula badak sering digunakan sebagai pegangan belati hias.
Penggunaan komersial serta krisis lingkungan hidup, membuat keberadaan badak semakin terancam. Pada 2018, hanya tersisa badak putih utara di dunia. Dua betina dan satu jantan. Namun, badak jantan yang diberi nama Sudan mati di usia yang ke-45. Ia mati karena tua. Badak putih utara pun dinyatakan punah di tahun itu. Kematian Sudan menjadi penegas bahwa badak putih utara punah.
Foto pria dan badak yang beredar di media sosial merupakan foto Joseph Wachira bersama Sudan. Ia adalah salah satu penjaga yang berdedikasi. Wachira berada di sisi Sudan di saat-saat terakhirnya. Momen ini diabadikan oleh fotografer Ami Vitale dan dipublikasikan National Geographic.
Baca Juga :