Beberapa Wilayah Di Indonesia Akan Mengalami Fenomena Hari Tanpa Bayangan Lagi
Fenomena hari tanpa banyangan akan kembali terjadi lagi di sejumlah wilayah di Indonesia pekan depan.
Fenomena hari tanpa bayangan adalah posisi di mana Matahari berada di atas Indonesia, tepat berada di titik zenith. Posisi matahari ini membuat tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tak berongga saat tengah hari.
Kejadian hari tanpa bayangan bukanlah sesuatu yang langka. Karena Indonesia terbentang dari 6 derajat Lintang Utara hingga 11 derajat Lintang Selatan dan dibelah oleh garis khatulistiwa. Dengan lokasi geografis seperti ini, Matahari akan berada di atas Indonesia dua kali setahun.
Kota atau wilayah yang letaknya tepat di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan disebut hanya menjumpai fenomena tanpa bayangan satu kali dalam setahun. Peneliti sains antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto mengungkapkan bahwa fenomena itu tidak serta merta mempengaruhi memanasnya cuaca pada siang hari.
Kulminasi atau transit atau istiwa' adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit di suatu daerah. Saat Matahari berada di tepat di atas suatu daerah atau sama dengan lintang pengamat, fenomena ini disebut sebagai Kulminasi Utama.
Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang", karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Peristiwa hari tanpa bayangan ini berkaitan erat dengan gerak semu tahunan matahari. Gerak semu ini membuat matahari seolah-olah bergerak ke arah utara dan selatan Bumi setiap tahunnya.
Gerak ini terjadi karena titik rotasi bumi yang tidak tegak lurus terhadap Matahari. Sehingga, ketika Bumi bergerak mengelilingi matahari, seolah-olah matahari bergerak dari bagian utara dan selatan Bumi. Oleh karena itu gerakan ini disebut gerakan semu.
Berikut beberapa wilayah yang akan mengalami Hari Tanpa Bayangan saat Matahari di atas Indonesia.
- Sabang, 06 September 2021, pukul 12.36 WIB (paling awal)
- Banda Aceh, 07 September 2021, pukul 12.36 WIB
- Medan, 13 September 2021, pukul 12.21 WIB
- Gunungsitoli, 19 September 2021, pukul 12.23 WIB
- Tanjungpinang, 20 September 2021, pukul 11.55 WIB
- Pekanbaru, 21 September 2021, pukul 12.07 WIB
- Padang, 25 September 2021, pukul 12.10 WIB
- Jambi, 27 September 2021, pukul 11.56.31 WIB
- Pangkalpinang, 28 September 2021, pukul 11.46 WIB
- Palembang, 30 September 2021, pukul 11.51 WIB
- Bengkulu, 02 September 2021, pukul 12.00 WIB
- Bandarlampung, 07 September 2021, pukul 11.46 WIB
- Nunukan, 12 September 2021, pukul 12.07 WITA
- Tarakan, 14 September 2021, pukul 12.05 WITA
- Tanjungselor, 15 September 2021, pukul 12.05 WITA
- Pontianak, 23 September 2021, pukul 11.35 WIB
- Samarinda, 24 September 2021, pukul 12.03 WITA
- Palangkaraya, 28 September 2021, pukul 11.14 WIB
- Balikpapan, 26 September 2021, pukul 12.03 WIB
- Miangas, 08 September 2021, pukul 11.31 WITA
- Melonguane, 12 September 2021, pukul 11.29 WITA
- Tahuna, 13 September 2021, pukul 11.33 WITA
- Manado, 19 September 2021, pukul 11.34 WITA
- Toli-toli, 20 September 2021, pukul 11.50 WITA
- Gorontalo, 21 September 2021, pukul 11.40 WITA
- Palu, 25 September 2021, pukul 11.52 WITA
- Sofifi, 21 September 2021, pukul 12.22 WIT
- Sorong, 25 September 2021, pukul 12.06 WIT
- Manokwari, 25 September 2021, pukul 11.55 WIT
- Biak, 26 September 2021, pukul 11.46 WIT
- Jayapura, 29 September 2021, pukul 11.27 WIT
Baca Juga :