Hari Ibu Bagi Seorang Lilik Sulistyowati : Merawat Orang Yang Terbuang Memberi Kebahagiaan Bagiku
Hari ini tepatnya tanggal 22 Desember, warga Indonesia memperingati Hari Ibu. Banyak ucapan diberikan untuk sesosok ibu yang telah melahirkan kita. Namun hari ibu tidak hanya berlaku untuk bagi sosok yang melahirkan kita saja, tetapi juga bagi sosok perempuan yang rela mencurahkan hati, tenaga dan pikiran bagi seorang anak yang membutuhkan kasih sayang meski bukan darah dagingnya sendiri.
Menjadi pekerja sosial adalah sebuah jalan hidup yang dipilih Lilik Sulistyowati. Merawat orang-orang yang ”terbuang” dari masyarakat memberi kebahagiaan batin bagi Mbak Vera, panggilan akrabnya. Kebiasaan berbagi sejak kecil inilah yang membuat Lilik kini masih aktif mendampingi ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Suatu hari Lilik Sulistyowati makin bertekad memperjuangkan harkat dan martabat Pekerja Seks Komersial (PSK) ketika seorang mucikari meninggal di pangkuannya.
Berawal dari menjadi seorang aktivis kaum perempuan di lokalisasi Dolly tahun 90-an hingga lokalisasi ini ditutup tahun 2014, dia memutuskan mendedikasikan hidupnya untuk perempuan dan anak-anak penderita HIV/Aids di bawah naungan Yayasan Abdi Asih Surabaya.
Aktivitasnya mengkampanyekan pencegahan HIV/AIDS dan merawat pengidapnya di kawasan Dolly berbuah belasan penghargaan. Setelah Dolly ditutup tahun 2014 aktivitasnya tidak begitu banyak berubah. Saat ini Lilik merawat 5 anak mantan pekerja seks Doly yang ikut terkena HIV/AIDS dari orang tuanya. Semuanya punya kesaan, sama - sama diabaikan keluarganya saat mengetahui mereka mengidap HIV/AIDS.
"Keluarganya seperti tidak mau. Seperti Nur yang diletakan di kandang kambing. Si Nora sepeti itu juga, sama aja semuanya. Sampai diculik matanya sampai buta oleh paklinya Nur itu karena ya mungkin merasa ada beban ya pakliknya." ungkap Lilik pada CNN."Karena merawat anak - anak seperti ini tidak gampang," lanjutnya.
Perhatian dan kasih sayang yang tulus dari ibu 3 anak ini membuat ke 5 anak adopsinya merasa bahagia, seperti yang diungkapan Nur salah satu dari mereka, "Seneng disini bahagia. Kalu dulu kan sendirian. Sekarang bisa main, banyak temennya."
Lilik memilik 3 orang anak dan semuanya sudah berumah tangga dan tinggal di tempat lain. Saat ini Lilik dibantu dengan seorang asisten rumah tangga tinggal di rumah kontrakan di Jl Dukuh Kupang XI/41, Surabaya dengan kelima anak asuhnya yang sudah dianggap sebagai anak kandung. Biaya hidup kelima anak terseut dan Lilik didapat dari berjualan nasi bungkus, kadang ada juga sumbangan dari orang lain.
Diumur yang sudah menginjak usia 65th, Lilik sadar mungkin waktunya tidak banyak lagi namun Lilik berharap sampai waktu itu tiba bisa terus merawat anak - anak dengan HIV/AIDS yang terbuang dari keluarga.
"Saya cuman berharap kalo ada orang yang iklas bangun malam tanpa dibayar, buatkan susu, ketika dia buang air besar waktu malam waktunya pasti terganggu apalagi kalo masih bayi. Saya berharap ada orang yang mau tidak dibayar oleh manusia tetapi dibayar oleh Allah.Apapun sebagai ibu saya sudah mengantarkan anak-anak saya, tetapi saya juga pengen mengantarkan anak - anak yang terbuang ini."
Baca Juga :