Jangan Pernah Gunakan Ungkapan Ini Jika Ingin Anak Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi

Setiap orangtua pasti mendambakan anak - anaknya menjadi anak yang cerdas secara emosional. Namun untuk mewujudkannya  orang tua perlu berbicara kepada mereka dengan cara yang cerdas secara emosional.

Dilasir dari CNBC, Julia DiGangi, PhD, seorang neuropsikolog dan penulis “Energy Rising: The Neuroscience of Leading with Emotional Power” mengajarkan gaya komunikasi yang mendorong koneksi dan kemandirian, yang keduanya penting jika orangtua ingin memiliki hubungan yang kuat, sehat, dan penuh empati.

Berikut tiga ungkapan yang tidak pernah digunakan dan digunakan  oleh orang tua dari anak-anak yang cerdas secara emosional :

1. “Mengapa kamu tidak bisa lebih termotivasi lagi?”
Otak diatur untuk unggul kapan pun dan di mana pun ia bisa. Jadi ketika anak-anak mengalami kesulitan, itu bukan karena mereka tidak ingin melakukannya dengan baik – melainkan karena mereka tidak mampu. 
Dengan kata lain, masalahnya bukanlah motivasi, tetapi mungkin saja mereka ekspektasi tua dan kemampuan mereka yang berbeda. 

Apa yang harus dikatakan: Respons yang cerdas secara emosional adalah rasa ingin tahu tentang di mana motivasi dan kemampuan anak bersinggungan. Katakanlah anak lebih banyak menghabisakan waktu untuk bermain dengan gadget dari pada membaca buku.

Jangan pernah bertanya, “Mengapa kamu tidak lebih memilih untuk membaca buku?” Sebaliknya, cobalah pertanyaan terbuka: “Sepertinya kamu lebih suka bermain game, apa sih yang membuat kamu menyukainya. Boleh tidak kamu cerita ke papa / mama alasan kamu menyukai game ?”

2. “Mengapa kamu tidak mendengarkanku?”
Orang tua yang putrinya mengalami kesulitan sensorik, frustasi karena di ruang praktek dokter dia menolak keluar dari mobil. ketika ditanya ternyata putri mereka
sebenarnya terganggu oleh musik yang diputar di ruang praktik dokter. Pada akhirnya, masalah sebenarnya adalah orang tua tidak mendengarkan kebutuhan anak mereka.

Apa yang harus dikatakan: Otak anak-anak terikat pada otonomi dan kebutuhan untuk menjelajahi dunia berdasarkan identitas mereka sendiri, bukan keyakinan tentang siapa mereka seharusnya. Jika terjebak dalam perselisihan dengan anak yang tampaknya keras kepala, alih-alih bertanya mengapa mereka tidak mendengarkan, pertimbangkan untuk bertanya, “Apakah saya sudah mendengarkanmu?”

Orang tua yang cerdas secara emosional tidak berusaha untuk mendapatkan kepatuhan dari anak-anak mereka, tetapi untuk mendapatkan koneksi. Mereka perlu tahu bahwa orangtua bersedia mendengarkan kebenaran pengalaman mereka.

3. “Kamu sangat tidak sopan!”
Sering kali kita melihat orang tua mengatakan hal yang buruk tentang perilaku anak mereka berdasarkan rasa tidak aman mereka sendiri. 
Terkadang orangtua mengatakan jika anak mereka tidak menghormati mereka hanya karena mereka tidak mendengarkan ketika diminta menyelesaikan pekerjaan rumah. Namun begitu orang tuanya menyampaikan kekhawatiran mereka dalam percakapan yang aman dan tidak berisiko, anak remaja mereka dengan tegas menjawab, “Saya sangat menghormatimu! PR itu sulit buatku.”

Apa yang sebaiknya dikatakan: Pendekatan yang paling cerdas secara emosional terhadap ketakutan anak tidak menghormati orangtua adalah dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik dan tidak menghakimi, lalu secara eksplisit menegaskan kesediaan orangtua untuk mendengarkan.

Mungkin orangtua bisa bertanya: “Papa / mama liat tadi kamu dapat nilai 64%. Coba cerita apa yang sulit."

Perasaan anak-anak menular pada kita. Saat mereka terguncang, kita pun terguncang. Maka ketika emosi yang besar muncul, wajar jika ingin mengontrol perasaan anak dengan menyuruhnya diam, tenang, atau mendengarkan lebih dekat. Namun tugas  sebagai orang tua bukanlah mengendalikan emosi anak, melainkan mengendalikan emosi orangtua sendiri.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak:
1. Memberikan contoh yang baik dalam berperilaku
2. Membantu anak mengenali emosi
3. Membangun empati anak
4. Membiasakan anak bekerja sama
5. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
6. Mengembangkan rasa percaya diri


 

 

Baca Juga :

Keyword:
Google+