Kesejukan Kebaktian di Depan Masjid Tuai Pujian
Foto kebaktian tutup peti yang berlangsung di jalan di depan sebuah masjid viral di media sosial. Begini cerita di balik kejadian di Jakarta Pusat tersebut.
"Rumah orang yang meninggalnya itu kondisinya di gang. Jadi posisinya tuh pintu masuknya mereka tuh nggak bisa buat masuk peti. Lebarnya tuh kalau tidak salah kurang 5 cm, ukuran peti sama lebar pintu tuh gedean petinya," kata pengurus Masjid Darussalam bernama Agus saat ditemui di Masjid Darussalam, Minggu (1/9/2019).
"Karena nggak ada masalah ya monggo. Kita kan di sini Alhamdulillah begitu. Jadi kejadian kayak gitu nggak pernah aneh. Karena udah biasa seperti itu, di Cempaka Baru begitu," sambungnya.
Tutup kebaktian di depan masjid Cempaka. (facebok/Jefferson Goeltom) |
Kebaktian tutup peti itu berlangsung siang hari. Saat itu, sebenarnya ada jadwal pengajian juga di Masjid. Agus mengatakan jadwal pengajian sempat ditunda 30 menit dan tidak ada yang mempermasalahkan.
"Mereka bikin upacaranya setelah zuhur, sekitar jam 13.00-14.30. Sudah, selesai, lalu berangkat ke makam. Kebetulan hari itu di sini juga ada pengajian ibu-ibu, nggak ada masalah juga Alhamdulillah. (Pengajiannya) kita pending setengah jam. Begitu selesai, berangkat, ngaji tetep jalan. Nggak ada masalah kok," kisah Agus.
Momen kebaktian di depan Masjid itu lalu difoto dan diunggah ke Facebook oleh salah satu anggota keluarga hingga akhirnya viral. Tapi bagi warga setempat, sebenarnya ini bukanlah pemandangan langka.
"Dari hari minggu permulaan jenazah datang, kita sudah tutup jalan. Soalnya kebiasaan orang sini gitu. Kejadian begitu untuk orang sini mah sudah nggak aneh. Kayak adat saja. Walapun berbeda agama, oh ini orang Batak, ini Jawa, nggak ada masalah. Selagi kita bisa bantuin ya kita bantuin," ungkap Agus.
Sementara itu, Ninggor, suami mendiang Parludjiati, menceritakan awal mula dilakukannya prosesi tutup peti di depan masjid tersebut karena ukuran peti jenazah yang terbilang besar. Ninggor lalu meminta izin melakukan kebaktian tutup peti di depan Masjid Darussalam yang tidak jauh dari rumahnya. Ketua Masjid pun langsung mempersilakan hal tersebut.
"Akhirnya acara keluarga dari Gultom itu berlangsung di dalam rumah. Selesai itu dimasukkan ke dalam peti, petinya ditaruh di luar sana. Selesai acara keluarga untuk memasukkan almarhum ke dalam peti digeser ke halaman masjid karena sebelumnya itu kita sudah minta izin, pihak keluarga, sama Ketua Masjid, dalam hal ini Pak Aji. Dan Puji Tuhan, alhamdulillah, Ketua Masjid itu mempersilakan pada saat hari minggu itu," kata Ninggor Gultom kepada detikcom di kediamannya, Jalan Cempaka Baru, Jakarta Pusat, Minggu (1/9).
Senada dengan Agus, Ninggor mengatakan toleransi antarumat beragama di Cempaka Baru bukanlah hal baru. Pada tahun 2006, mendiang ibunda Ninggor juga dipersilakan melakukan prosesi tutup peti di depan masjid tersebut.
Dia mengakui lingkungan masyarakat Cempaka Baru juga ikut membantu mempersiapkan upacara tutup peti ini. Bantuan tersebut diberikan oleh kalangan sesama masyarakat suku Batak hingga jemaah Masjid Darussalam.
"Iya artinya untuk memblokir jalan, konsumsi, makan, minum, masyarakat yang ada di sini semuanya bergerak untuk melayani tamu-tamu kita yang datang," katanya.
"Juga termasuk di sini kan orang Batak ada perkumpulan satu kampung gitu, Kampung Cempaka Baru, mereka juga antusias (membantu), dari gereja, dari satu lingkungan itulah, termasuk orang-orang dari jamaah Masjid Darussalam, semuanya terlibat," sambung Ninggor.Peristiwa ini ternyata sampai ke telinga Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Lukman pun secara khusus datang ke masjid tersebut untuk salat Jumat pada Jumat (30/8) yang lalu. Kepada pengurus dan jemaah masjid, Menag menyampaikan rasa syukurnya atas toleransi yang ada di lingkungan masjid tersebut."Ini sungguh menyejukkan. Ini sesungguhnya pengamalan ajaran Islam yang menebarkan damai. Masjid ini bernama Darussalam (Kampung Damai), subhanallah," ucap Lukman seperti dikutip dari situs Kemenag.
Bagi warga sekitar, kebaktian umat Kristen di depan Masjid mungkin adalah hal yang biasa. Namun, Lukman menilai peristiwa ini jadi dilihat berbeda oleh masyarakat luas.
"Mungkin bagi pengurus masjid dan warga setempat, kejadian mengizinkan umat Kristiani melaksanakan kebaktian di halaman masjid seperti itu adalah hal biasa. Namun bagi masyarakat luas dan mata dunia menjadi sesuatu yang lain. Ini amat sangat menyejukkan, bahwa Islam di Indonesia seperti ditunjukkan takmir masjid adalah Islam yang senantiasa menebarkan damai dan rahmat bagi sesama," ungkapnya.
Artikel telah terbit di https://news.detik.com/berita/d-4689675/kesejukan-kebaktian-di-depan-masjid-tuai-pujian?single=1
Baca Juga :