Pria Crosshijaber Apakah Bisa Kembali Normal?
Crosshijaber mulai menjadi fenomena dan meresahkan di Indonesia. Fenomena ini muncul di media sosial dengan adanya sekelompok pria menggunakan hijab syar’i lengkapd engan cadar. Dari beberapa postingan menunjukkan mereka sudah muai berani masuk masjid hingga toilet wanita.
Angesty Putri, M.Psi menyatakan fenomena ini sudah tidaksesuai dengan norma yang berlaku. Fenomena yang tiba-tiba muncul, ini bisa disebabkan karena gangguan jiwa, eksistensi atau bentuk ekspresi. "Bisa karena dia ingin diterima di kelompok tertentu atau orang-orang yang memang nyaman memakai baju yang berlawanan dari jenis kelaminnya. Kalau sudah begitu berarti ada nuansa psikologis yang cukup dalam, dia butuh stimulus yang berlawanan dari yang semestinya, di psikologi namanya disfungsi atau gangguan seksual, di mana seseorang mengalami ketertarikan memakai benda-benda dari lawan jenis atau kita sebutnya transvestisme," ujar Angesty Putri, M. Psi, Psikolog, CPC.
Menurut Angesty, belum bisa dipastikan motif atau latar belakan munculnya crosshijaber di Indonesia. Angesty sebagai seorang psikolog juga menyampaikan jika fenomena ini bisa saja muncul akibat trauma masa kecil atau adanya penolakan oleh wanita.
"Orang yang sampai melakukan hal ini, dia punya keberanian melanggar norma umum di masyarakat, artinya dia punya kondisi psikologis tertentu," ungkap Angesty. Ketika sudah berani muncul di publik, apakah pelaku crosshijaber ini bisa normal kembali? Angesty menunggungkapkan itu tergantung kondisi dan penerimaan orang tersebut.
"Tergantung motifnya, pulih atau tidaknya tergantung insight-nya (pemahaman). Dia menyadari perilakunya tidak sesuai dengan norma yang berlaku, kalau sudah sadar, tapi kadang tidak bisa melawannya. Kondisi ini mereka sudah ada di tahap kontemplasi, nah bisa lebih mudah dimodifikasi perilakunya. Tapi kalau orang merasa benar, nggak ada salah, mereka belum dapat insight, yang seperti ini lebih challenging," urai Angesty.
Masyarakat pun bisa membantu menyadarkan kehadiran crosshijaber ini dengan menyuarakan bahwa tindakan mereka telah melanggar aturan (misalnya masuk masjid dan berpura-pura menjadi wanita atau berada di toilet wanita).
"Berani menyuarakan. Kalau ketemu dan tahu dia laki-laki, tegur tapi menegurnya dengan cara yang elegan, tidak agresif. Kita tunjukkin bahwa kita berani, tapi jangan juga terlalu kasar," saran Angesty.
Baca Juga :