Sejarah Salam Tempel Di Hari Raya Idul Fitri
Hari raya terutama Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang paling di nanti - natikan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, Hari Raya Idul Fitri disamput oleh hampir seluruh masyarakatnya. Selain moment untuk silahturahmi dengan sanak saudar, ada tradisi yang paling ditunggu terutama untuk anak - anak yaitu "salam tempel". Tradisi salam tempel sendiri merupakan tradisi memberikan uang kepada anak - anak, uang itu diberikan oleh orang dewasa terutama yang sudah bekerja.
Tradisi salam tempel sudah berjalan turun-temurun. Bukan cuma di Indonesia, tapi juga di negara Islam, salah satunya adalah Uni Emirat Arab. Dilansir The National, salam tempel di Uni Emirat Arab lebih dikenal sebagai eidiyah. Tradisi memberikan uang tunai tersebut dilakukan pada hari-hari raya besar, seperti Idul Fitri atau Idul Adha.
Sejarah Salam Tempel
Tradisi membagikan uang saat Lebaran sudah ada sejak lama. Tradisi ini dipengaruhi oleh budaya China yang sering membagikan "angpao" saat merayakan Tahun Baru Imlek.
Angpao dimulai pada masa Dinasti Qin di China. Pada mulanya, orang-orang tua biasanya mengikat uang koin dengan benang merah dan disebut dengan y?suì qián yang berarti “uang pengusir roh jahat”. Kemudian tradisi tersebut digantikan— setelah ditemukannya metode printing di China— dengan amplop merah.
Angpau atau angpao didefinisikan secara etimologi sebagai uang yang dibungkus dalam kemasan merah sebagai hadiah; bonus bayaran; uang bonus yang diberikan kepada pembeli oleh penjual karena telah membeli produknya; sogokan. Tujuan dari pemberian angpau sebenarnya adalah untuk melindungi dari penyakit dan kematian.
Dosen Ilmu Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (Unnes) Didi Purnomo mengatakan, pengaruh budaya salam tempel menghasilkan akulturasi di berbagai wilayah Indonesia.
"Makanya di Betawi mengenal istilah 'nanggok'. Surabaya ada tradisi 'galak gampil', dan Minang ada 'manambang'," ujarnya.
Pemberian salam tempel untuk anak-anak, kata dia, tidak hanya sekadar tradisi. Ada tiga makna penting dari tradisi yang sudah berjalan lama tersebut :
-
Anak - anak diharapkan belajar mengelola uang dan menabung untuk masa depan. Salam tempel sebagai bentuk penghargaan atau hadiah dari orangtua kepada anak-anak mereka yang telah mencoba menjalankan ibadah saat Ramadhan.
-
Anak - anak diharapkan semakin termotivasi untuk melaksanakan ibadah serupa pada Ramadhan yang akan datang.
-
Anak-anak diharapkan dapat mencontoh perbuatan berbagi kepada sesama atau zakat.
Tradisi salam tempel di Uni Emirat Arab sendiri berasal dari awal abad pertengahan. Pada masa itu, Kekhalifahan Fatimiyah membagikan uang, permen, atau pakaian pada anak-anak muda, dan orang-orang tua pada hari pertama Idul Fitri. Namun, pada akhir periode Ottoman, eidiyah kemudian berubah menjadi sejumlah uang tunai dalam pecahan-pecahan kecil. Uang itu biasanya diberikan oleh orang tua dan kerabat-kerabat yang lebih tua pada anak-anak mereka.
Meski sudah terjadi lama dan turun-temurun, eidiyah di Uni Emirat Arab bukanlah tradisi yang universal. Tak seluruh keluarga melakukan hal yang sama pada anak-anak atau kerabat mereka yang berusia muda.
Baca Juga :