Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Semarang
JATENGLIVE.COM - SEMARANG, Ramadan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah dalam bulan ini umat muslim melakukan aktivitas seperti berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar, serta memperbanyak membaca Alquran, membayar zakat fitrah dan diakhiri dengan merayakan Idul Fitri atau hari kemenangan. Di Semarang sendiri ada tradisi khusus menyambut bulan Ramadhan, apaa aja tradisi nya langsung saja kita bahas di bawah ini:
1. Dugderan – Semarang, Jawa Tengah
(source: tribunnews.com)
https://www.halomoney.co.id/blog/tradisi-unik-bulan-ramadhan-yang-hanya-ada-di-indonesia
Dugderan adalah tradisi khas masyarakat Semarang dalam rangka menyambut kedatangan bulan puasa Ramadhan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad 19 yang bermula dari acara penentuan awal puasa di bulan Ramadhan. Maklum, acapkali ada perbedaan penentuan hari pertama puasa.
Tradisi Dugderan kini menjadi seperti pesta rakyat yang sangat meriah di Semarang. Ada Tari Japin, arak-arakan atau karnaval hingga tabuh bedug. Acara ini menjadi tradisi tahunan masyarakat Semarang yang ditunggu-tunggu. Puncak acara Dugderan tetap dengan tradisi awal yaitu pengumuman awal puasa Ramadhan.
Selain dimeriahkan dengan suara bedug dan meriam, pesta rakyat Dugderan juga diramaikan kehadiran maskot Dugderan bernama Warak Ngendog. Ini adalah maskot berupa kambing dengan kepala naga lengkap dengan kulit bersisik dari kertas warna warni dan dilengkapi dengan telur rebus. Keberadaan telur rebus sebagai penanda bahwa binatang tersebut tengah bertelur. Ini juga sebagai penanda bahwa ketika penyelenggaraan Dugderan pertama kali, Semarang tengah krisis pangan dan telur menjadi makanan mewah.
2.Tradisi Nyadran
http://hellosemarang.com/tradisi-jelang-ramadhan/
Nyadran adalah sebuah tradisi jelang Ramadhan dengan berkunjung ke makam untuk mendoakan para leluhur kita yang sudah menginggal. Bisa juga mendoakaan para saudara kita yang sudah pergi mendahului kita. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kita tentang kematian.
Bergota adalah salah satu makam terbesar di Kota Semarang. Sebelum puasa, biasanya sepanjang jalan di kawasan Bergota akan ramai dan dipadati oleh pengunjung yang akan melakukan tradisi nyadran.
Nyadran ini sudah ada sebelum Wali Songo masuk ke Jawa. Nyadran sendiri berasal dari kata sodron yang artinya tidak waras. Jaman dulu sebelum penyebaran islam masuk pulau Jawa, banyak masyarakat yang menyembah pohon, batu, bahkan binatang sambil membawa sesaji dan membaca mantra-mantra. Hal itu dianggap tidak waras, hingga pada akhirnya datanglah Wali Songo ke Jawa untuk meluruskan akhlak masyarakat.
Setelah itu, Kanjeng Sunan pun mengganti mantra-mantra itu dengan doa-doa yang di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nah, sampai sekarang tradisi tersebut masih berlangsung higga saat ini.
Baca Juga :