Angka Kemiskinan di Jawa Tengah Menurun
JATENGLIVE.COM - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah mencatat angka kemiskinan di Jawa Tengah menurun. Turunnya angka kemiskinan masuk di dalam isu penting pelaksanaan Realisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah 2018-2024. Kepala Bappeda Jateng Jarwanto menuturkan Pemerintah Provinsi ingin membangun Jawa Tengah lebih inklusif, berkualitas, merata, dan berkelanjutan.
"Untuk visi masih tetap sama seperti yang lalu. Kami tetap berkomitmen mboten korupsi mboten ngapusi (tidak korupsi tidak bohong)," ujarnya saat pembahasan RPJMD di Hotel Aston, Kamis (10/1/2019).
Jarwanto mengatakan ada tujuh isu penting yang menjadi sasaran dalam lima tahun kedepan. Ketujuh isu tersebut yakni pertama masalah kemisknan, membangun daya saing Sumber Daya Manusia (SDM), membangun daya saing ekonomi, pendayagunaan sumber daya alam, menjaga kesenjangan antar wilayah,ketahanan pangan, dan reformasi birokrasi.
"Untuk kemiskinan saya pikir kami sudah tahu pola dan sasarannya tinggal mempercepat dan mengakalerasi," tuturnya.
Menurut dia, angka kemiskinan di Jawa Tengah menurun drastis dan menempati posisi terbaik nasional. Angka kemiskinan di Jawa Tengah saat ini mencapai 11,32 persen atau 2.890.000 orang.
"2.890.000 penduduk miskin menjadi sasaran kami kedepan , dan petanya semakin baik karena tahu miskin karena apa yang akan diperbaiki lima tahun kedepan," jelasnya.
Pihaknya ingin hingga akhir periode angka kemiskinan menurun menjadi 6,48 sampai 7,4 persen. Rata- rata penyebab kemiskinan yakni orang miskin tidak bekerja mencapai 16 persen, dan 84 persen orang berkerja tapi miskin.
"16 persen itu merupakan orang tua yang tidak produktif. Oleh karena itu kami membuat kartu Jateng sejahtera yang diadakan sejak tahun 2016," imbuhnya.
Selain itu, kata dia, orang bekerja tapi miskin didominasi kelompok petani, nelayan, dan buruh bangunan. Jika ditelaah lebih lanjut 11,32 persen kemiskinan di Jateng, rata-rata berada di pedesaan.
"Jadinya konsentrasi kami penanganan di pedasaan. Makanya dari sisi konektivitas kami buka kantong-kantong kemiskinan. Kedua agar mereka bekerja atau memiliki usaha. Kesempatan bekerja mau usaha inilah yang menjadi pekerjaan rumah (pr)," jelasnya.
Di sisi lain, krisis air juga menjadi perhatian pemerintah. Hasil kajiannya air hujan dan air permukaan jika dikonsumsi dengan standar WHO tidak mencukupi.
"Oleh karena itu, harus bijak menggunkan air permukaan tanah. Kita juga mengkonsumsi air bawah tanah," terangnya.
Ia mengatakan dari dasar data tersebut, pembangunan berorientasi pada mengendalikan penggunaan air secara bijaksana. Hal ini telah direalisasikan secara clustering.
"Sasarannya tidak hanya gedung pemerintah. Sekarang sudah mulai clustering titik mana yang tidak boleh mengebor, kalau mengebor dibatasi pada volume berapa, dan bagaimana daerah mengembangkan sistem air minumnya dengan baik," tutur dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul 2,89 Juta Orang di Jateng Masih Miskin, Bappeda Jateng: Jumlah Ini Menurun, http://jateng.tribunnews.com/2019/01/10/289-juta-orang-di-jateng-masih-miskin-bappeda-jateng-jumlah-ini-menurun?page=all.
Penulis: rahdyan trijoko pamungkas
Editor: suharno
Baca Juga :