Apa Itu Badai Sitokin Yang Menyeragn Deddy Cobuzier?
Deddy Corbuzier akhirnya muncul kembali setelah 2 pekan menghilang dengan pernyataan :
"Saya sakit. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine, lucunya dengan keadaan sudah negatif. Yes it's covid," tulis Deddy Corbuzier.
"Saya kaget dengar badai sitokin karena itu bisa menyebabkan orang meninggal, saya dikasih tahu bahwa ini masuk momen badai sitokin. Akhirnya saya nggak diizinkan pulang dan dokter bilang kerja saya agresif," Deddy menambahkan.
Apa Itu Badai Sitokin
Sitokin merupakan protein kecil yang dilepaskan banyak sel berbeda dalam tubuh, termasuk pada sistem kekebalan yang mengoordinasikan respons tubuh untuk melawan infeksi dan memicu peradangan.
Istilah sitokin berasal dari kata Yunani yakni cyto (sel) dan kinos (gerakan). Sementara, badai sitokin adalah kondisi saat pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan kadar protein inflamasi di tubuh mereka terkait dengan infeksi yang parah hingga bisa menyebabkan kematian.
"Biasanya, sitokin bekerja untuk membantu tubuh kita dalam jumlah sedang. Namun pada kondisi tertentu, di mana jumlahnya menjadi terlalu banyak, sistem kekebalan malah menyebabkan kerusakan pada tubuh pasien," papar profesor di divisi penyakit menular di University of Cincinnati College of Medicine, Carl Fichtenbaum, MD, dikutip dari Health, Jumat (7/5/2021).
Dalam beberapa kasus, sindrom badai sitokin inilah yang menyebabkan kondisi amat parah pada pasien COVID-19, bahkan dalam waktu yang singkat.
"Kami melihat orang-orang sepanjang adanya penyakit ini (COVID-19), tubuhnya merespons dengan hiperinflamasi. Ini adalah aliran sitokin yang memengaruhi paru-paru, jantung, dan ginjal pasien. Kondisi tubuh mereka merespons secara berlebihan ini mirip dengan cara pasien kanker merespons infeksi," jelas dokter di RS Houston Methodist, Deepa Gotur, MD.
Pengidap badai sitokin yang terinfeksi COVID-19 bisa mengalami demam dan sesak napas yang kemudian berpotensi menjadi beragam komplikasi pernafasan lainnya. Biasanya, komplikasi ini timbul 6 hingga 7 hari setelah infeksi COVID-19.
Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda. Terkadang ini hanya gejala ringan seperti flu. Di lain waktu, gejalanya bisa parah dan mengancam jiwa. Gejala mungkin termasuk:
- Demam dan menggigil
- Kelelahan
- Pembengkakan pada ekstremitas
- Mual dan muntah
- Nyeri otot dan persendian
- Sakit kepala
- Ruam
- Batuk
- Sesak napas
- Nafas cepat
- Kejang
- Menggigil
- Kesulitan mengkoordinasikan gerakan
- Kebingungan dan halusinasi
- Kelesuan dan daya tanggap yang buruk
Dikutip dari laman Hindawi, berikut beberapa organ tubuh yang terdampak akibat badai sitokin COVID-19.
1. Jantung
Pasien dengan atau tidak memiliki riwayat penyakit jantung bisa mengalami kerusakan jantung akibat infeksi virus Corona. Hal ini disebabkan karena kondisi badai sitokin yang dialami.
Sitokin ini juga terlibat dalam pengembangan miokarditis (inflamasi jantung) dan perikarditis (iritasi dan peradangan jantung) pada pasien COVID-19.
2. Paru
Aktivitas jalur koagulasi pada sindrom badai sitokin akan menyebabkan cedera paru progresif. Selain itu, kerusakan paru lainnya juga bisa disebabkan karena apoptosis sel epitel paru yang diinduksi oleh sitokin.
Badai sitokin pada pasien COVID-19 sering kali tidak memperlihatkan tanda-tandanya dan tidak selalu terjadi pada setiap orang. Beberapa kelompok mungkin lebih rentan mengalami badai sitokin jika memiliki gen yang membuat sistem kekebalan mereka bekerja dengan reaksi tertentu, misalnya memiliki autoimun.
3. Ginjal
Respon inflamasi yang terkait dengan badai sitokin akan menyebabkan cedera hipoperfusi pada tubulus ginjal, ditambah dengan peningkatan permeabilitas vaskular dan kardiomiopati yang bisa menyebabkan berkembangnya sindrom kardio ginjal tipe 1.
Kondisi tersebut ditandai dengan efusi pleura, edema, penipisan cairan intravaskular, dan hipotensi. Selain itu, kerusakan sitopatik langsung disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang dianggap sebagai salah satu mekanisme yang mendasari kerusakan ginjal yang terkait dengan COVID-19.
4. Sistem saraf pusat
Dalam beberapa kasus, gejala neurologis seperti sakit kepala, ataksia, dan kejang dialami oleh 36,4 persen dari pasien COVID-19. Hal ini lebih sering terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah.
Gejala ini bisa disebabkan oleh adanya peningkatan sitokin proinflamasi yang terkait dengan badai sitokin. Ini bisa menyebabkan gejala neurologis akibat kerusakan otot rangka. Sitokin proinflamasi ini berperan dalam pertahanan dan sistem kekebalan terhadap potensi infeksi.
Pengobatan Badai Sitokin
Bagi penderita Covid-19, ada beberapa Penelitian melaporkan bahwa tingkat sitokin pro-inflamasi yang sangat tinggi diproduksi selama crosstalk antara sel epitel dan sel kekebalan Covid-19, yang telah menghubungkan badai sitokin dengan komplikasi parah.
Meskipun masih belum jelas bagaimana virus mengubah profil sitokin protektif menjadi inflamasi badai sitokin, tetapi tampaknya sitokin diproduksi oleh sel bawaan karena limfopenia sering dilaporkan dalam kondisi ini. Adapun limfopenia adalah penurunan jumlah limfosit dibawah nilai normal karena pergeseran produksi sitokin.
Lebih lanjut, Mahirsyah menambahkan, obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab dan Sarilumab telah digunakan pada uji klinis pasien Covid-19. Selain itu, menurutnya vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19. Perlu diketahui, vitamin C bersifat antioksidan sehingga diduga dapat mengurangi keparahan badai sitokin. Badai sitokin, imbuhnya tergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.
Baca Juga :