Apakah SJW Sama Seperti Orang Pansos Via Medsos?
Akun-akun di media sosial yang getol mengkritik kondisi sosial kini mulai diolok-olok sebagai social justice warrior (SJW). Kaum SJW dinilai punya persamaan dengan orang-orang yang berusaha melakukan panjat sosial alias 'pansos' via media sosial.
Menurut kamus daring Oxford yang diakses detikcom pada Sabtu (26/10/2019), social justice warrior adalah 'seseorang yang mengemukakan atau mempromosikan pandangan sosial yang progresif'.
Sedangkan menurut wikipedia "Pejuang keadilan sosial" (bahasa Inggris: Social justice warrior, umumnya disingkat SJW) adalah sebuah istilah peyoratif bagi seseorang yang mengusung pandangan progresivisme sosial, termasuk feminisme, hak sipil, multikulturalisme, dan politik identitas. Tuduhan bahwa seseorang adalah SJW menyiratkan bahwa mereka mencari pembenaran diri, bukan karena benar-benar yakin dengan pandangan mereka, dan pura-pura ikut berdebat.
Awal Mula Istilah Social Justice Warrior
Penggunaan istilah SJW mulai berkembang pesat di tahun 2015. Ia bahkan masuk ke dalam Oxford Dictionary. Mula-mula, Social Justice Warrior itu sendiri dipakai pada tahun 1991 dengan tujuan apresiatif pada aktivis Kanada, Michel Chartrand, yang menentang ketidakadilan dalam masyarakat.
Selain itu, tujuh tahun setelah 1991, istilah Social Justice Warrior pun kembali digunakan, kali ini merujuk pada anggota gerakan Homeless Action Coalition yang bergerak memperjuangkan kepentingan tunawisma.
Sayangnya, istilah Social Justice Warrior ini lantas berubah makna yang tak lagi jadi pujian, alias menjadi kata peyoratif.
Social Justice Warrior dan Pansos.
Ciri-ciri orang pansos di medsos adalah penampilannya di medsos sangat mencolok. Barang-barang dengan jenama (brand) terkenal menempel di tubuhnya. Jenama terkenal adalah tangga pansos.
"Lalu, apa kaitannya dengan media sosial ? Perangkat ini adalah medium strategis untuk mementaskan tampilan diri seseorang. Medium yang telah digunakan lebih dari separuh penduduk dunia ini, dapat diakses setiap saat, dan senantiasa ada dalam genggaman," tutur Firman.
Ciri-ciri selanjutnya, seorang pelaku pansos akan berteman dengan kelas sosial yang dipanjat. Namun strategi ini dia jalankan sembari menutupi jati diri aslinya. Wajar, realitas dirinya sebenarnya belum seideal yang dia usahakan.
"Perihal kesejatian diri jadi bagian yang rapat ditutup dari penglihatan khalayak. Pemanjat sosial menolak kesejatian dirinya. Tendensi itulah yang jadi pangkal upaya panjat sosial," tutur Firman.
Baca Juga :