Asal usul dan Makna Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng adalah salah satu makanan atau sajian berbentuk kerucut yang di tata dengan lauk pauk di sekitarnya. Nasi Tumpeng digunakan oleh khususnya orang Jawa dalam setiap hajatan / syukuran. Nasi Tumpeng yang umum dipakai berwarna kuning ini disajikan di atas tampah wadah berbentuk bundar traditional yang terbuat dari anyaman bambu) yang dialasi dengan daun pisang.
Tumpeng (Foto: Flickr/Yosika (happyholiday.travel))
SEJARAH DAN TRADISI
Falsafah tumpeng berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang). Setelah masyarakat Jawa menganut dan dipengaruhi oleh kebudayaanHindu, nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.
Menurut tradisi Islam Jawa, "Tumpeng" merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya "Buceng", dibuat dari ketan; akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) Sedangkan lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan). Tiga kalimat akronim itu, berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra' ayat 80: "Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan".
Source https://id.wikipedia.org/wiki/Tumpeng
Baca Juga :