Bahayanya Pelihara Ayam Di Belakang Rumah Sebabkan Gangguan Saraf Hingga Peradangan Otak
Jatenglive.com - Bagi sebagian orang Indonesia, memelihara unggas seperti ayam atau burung merupakan salah satu hobi yang menyenangkan.
Bahkan tak sedikit yang mendaftarkan hewan-hewan ini dalam sebuah ajang perlombaan.
Namun yang harus diperhatikan dalam memelihara hewan di area rumah adalah kebersihan kandang, dan harus dipastikan hewan tersebut diberi vaksin.
Para pakar peneliti di Australia menyatakan bahwa hobi memelihara hewan di belakang rumah atau yang kandangnya berdekatan dengan rumah bisa menjadi bom waktu penyebaran wabah penyakit.
Melansir dari Kompas.com, direktur penelitian lembaga studi CSIRO di Australia, Paul De Barro, mengatakan bahwa wabah penyakit yang dibawa ayam sama halnya wabah penyakit yang dibawa oleh babi atau kambing yang berisiko tinggi mengancam jiwa manusia.
Hewan peliharaan, khususnya di pinggiran kota dan di kota, bisa terpapar hewan liar seperti kelelawar.
Kelelawar inilah yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau virus Nipah.
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, virus Hendra atau Nipah virus infection adalah virus yang pertama kali diisolasi pada September 1994 dari spesimen yang diperoleh selama wabah penyakit pernapasan dan neurologis pada manusia dan kuda yang ada di Brisbane, Australia.
Gejala pada manusia yang terinfeksi penyakit ini seperti mengalami gejala penyakit pernapasan akut, peradangan otak (ensefalitis), peradangan otot, dan gangguan saraf.
Menurut Dr de Barro, risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan.
Misalnya di Australia ketika ada wabah flu burung, pihak berwenang sulit mendeteksi darimana asalnya.
Sebab tiak ada pendataan kepemilikan hewan di negara itu.
Hal semacam inilah yang menurut Barro membuat wabah penyakit sulit dibendung.
"Yang tidak kita ketahui adalah kapan (wabah penyakit) muncul, kita tidak tahu frekuensinya, dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.
"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban atau mungkin ratusan orang meninggal."
Barro menambahkan, para ahli masih belum bisa memahami bagaimana sebuah penyakit bisa berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan kemudian berakhir di manusia.
Di Indonesia, kasusu flu brung seperti yang ditularkan dari unggas kepada manusia ini masih terus berlanjut.
Penyakit ini yang menjadi bom waktu mematikan bagi para pemelihara unggas atau sering melakukan kontak langsung dengan unggas.
Flu burung juga tidak hanya tertular dari kontak fisik manusia dengan unggas, tetapi bisa juga terjadi saat ludah atau feses unggas yang terserang penyakit akan terhirup oleh manusia.
Gejala flu burung yang umumnya terjadi pada manusia, adalah:
- Diare.
- Pusing.
- Sakit kepala.
- Sesak napas atau napas berat.
- Nyeri dada.
- Mimisan.
- Mual dan muntah.
- Infeksi saluran pernapasan.
- Gangguan organ dalam.
Untuk menghindarinya, pastikan lingkungan rumah terbebas dari kotoran hewan atau unggas, dan bagi pemelihara hewan ini diharapkan untuk selalu menjaga kebersiohan kandangnya.
Pastikan pula selalu mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan air mengalir setelah menyentuh ayam atau hewan ternak lainnya.(*)
Baca Juga :