Hotel Inna DIbya Puri masuk Dalam Cagar Budaya bersejarah di Semarang
Hotel De Pavilion atau yang dahulu dikenal dengan naama Hotel Dibya Puri akan dihiudpkan lagi oleh Pemerintah kota Semarang. Hal ini Dikarenakan Hotel De Pavillion adalah salah satu hotel bersejarah yang ada di kota Semarang.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, hotel yang berada tidak jauh dari kawasan Kota Lama Semarang itu pernah menjadi salah satu hotel termegah di Indonesia.
"Salah satu fokus dalam pengembangan wisata warisan budaya di Kota Semarang yakni melakukan revitalisasi Hotel Dibya Puri," ujarnya.
Hotel yang merupakan bangunan cagar budaya tersebut merupakan asset dari PT. Hotel Indonesia Natour yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pelayanan jada perhotelan. Konon hotel yang ini menjadi pilihan para tokoh penting saat singgah di Kota Semarang, termasuk Presiden Soekarno.
Sejarah Hotel Dibya Puri
Bangunan yang didirikan pada 1847 awalnya merupakan villa berlantai dua. Kemudian dikembangkan menjadi hotel. Transformasi tempat ini nggak lepas dari pagelaran bertajuk “Koloniale Tentoonstelling”, sebuah pameran terbesar di Asia Tenggara yang pada 1914 digelar di Semarang, Millens. Karena itu, pada 1913 renovasi secara besar-besaran dilakukan demi menyambut para tamu.
Bagian dalam hotel dihiasi dengan lampu-lampu modern. Setiap kamar di dalam hotel dilengkapi dengan fasilitas sanitasi dan kamar mandi. Setelah diadakan perluasan, jumlah kamar bertambah menjadi 50 kamar tidur. Tiap kamar dilengkapi dengan sejumlah mebel mewah. Pada ruang makannya terdapat tempat duduk yang mampu menampung 150 orang.
Di bangunan utamanya terdapat sebuah dinding lukisan yang terbuat dari kawat berwarna. Lukisan yang ditampilkan membentuk pemandangan alam, sungai, hewan dan manusia. Hotel Dibya Puri menggunakan pencahayaan alami dengan memanfaatkan atrium. Di bagian kiri dan kanan terdapat tangga yang terbuat dari kayu. Bagian tangga diukir dengan sangat detail. Hotel Dibya Puri memakai ubin yang disertai dengan alat penjepit karpet pada bagian tangga.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, para bangsawan Belanda sering menginap di hotel ini. Selain itu, Hotel Dibya Puri pernah menjadi tempat persinggahan bagi tokoh pahlawan nasional Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini. Selain itu, dua presiden Indonesia pernah menginap di Hotel Dibya Puri yaitu Soekarno dan Soeharto.
Sejarah panjang hotel juga tidak lepas dari Peristiwa Pertempuran 5 Hari di Semarang. Menurut arsip Suara Merdeka edisi Jumat (6/2/1976) yang ditulis oleh Amen Budiman, kala itu para pemuda Semarang menjadikan tempat ini sebagai tempat perlindungan ketika terjadi gesekan dengan Jepang. Beberapa bagian hotel ikut rusak lantaran renteran senjata oleh pasukan Jepang.
Lobi hotel ini pula menjadi tempat perundingan yang dihadiri tokoh penting seperti Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro dengan pihak-pihak terkait untuk mengakhiri Pertempuran 5 Hari tersebut.
Selain menyimpan segudang sejarah di era pra Kemerdekaan hingga Kemerdekaan. Hotel tersebut memiliki kisah menarik pada era kejayaannya, konon Inna Dibya Puri merupakan hotel termewah pada 1970-1980an.
Pasca perang tahun 1945, hotel yang berada di Jalan Pemuda ini berganti-ganti tangan pengelola, mulai dari Pemerintah Kota Semarang, Departemen Perhubungan dan Departemen Parawisata. Kemudian tahun 1976 diambil alih sepenuhnya oleh Departemen Keuangan yang bermitra dengan PT Natour, yang mengelola hotel ini dan mengganti nama Du Pavillon menjadi Inna Dibya Puri.
Setelah berganti nama, hotel masih berfungsi sebagai tempat penginapan. Namun tahun 2006an lalu hotel dan lahannya informasinya telah dilelangkan dan dibeli pihak swasta. namun Dikarenakan banyam bermunculan hotel di Semarang, hotel ini tidak beroperasional lagi sejak Mei 2008.
Baca Juga :