Itikaf : cara, syarat dan keutamaannya
I'tikaf menjadi pilihan Muslim meraih keutamaan dan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Terlebih di Bulan Ramadhan, Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi orang yang beri'tikaf di dalam masjid.
I’tikaf adalah berhenti (diam) di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata- mata niat beribadah kepada Allah.
Nabi SAW melakukan i’tikaf, khususnya di bulan Ramadhan. Bahkan beliau SAW menganjurkan para shahabat untuk ikut beri’tikaf bersama Rasulullah SAW di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
“Siapa yang ingin beri’tikaf denganku, maka lakukanlah pada sepuluh terakhir.” (HR. Bukhari).
Keutamaan i'tikaf terutama di Bulan Ramadhan sangat besar yakni:
1. Pahala Dua Haji
Nabi juga bersabda “ Barangsiapa yang beri’tikaf sepuluh hari di bulan Romadhan, maka baginya pahala dua haji dan dua umroh “ (HR. Al-Baihaqi, Syu’abil iman : 3 : 425).
2. Dijauhkan dari Api Neraka
Nabi Saw bersabda :
“Barangsiapa yang berjalan di dalam membantu keperluan saudara muslimnnya, maka itu lebih baik baginya dari I’tikaf sepuluh tahun lamanya. Dan barangsiapa yang beri’tikaf satu hari karena mengharap ridho Allah Swt, maka Allah menjadikan di antara dia dan api neaka jarak sejauh tiga khondaq / parit. Setiap khondaq dari khondak lainnya jaraknya sejauh langit dan bumi “
(HR. Thabrani, mu’jam Al-Awsath : 7322).
I'tikaf tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW selama 10 terakhir Ramadhan sepanjang hidup Nabi SAW.
‘Aisyah ra bercerita bahwa: “Nabi saw (selalu) beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhori & Muslim).
Dalam hadits lain disebutkan:
“barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qodr dengan Iman dan Ihtisab (mengharapkan pahala), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau”
(HR Bukhori)
Hukum I’tikaf
Seluruh ulama sepakat bahwa secara hukum asal, ibadah i’tikaf itu hukumnya sunnah. Dan bisa berubah menjadi wajib, manakala seseorang bernadzar untuk melakukannya. Jumhur ulama menyepakati bahwa dalam satu ibadah i’tikaf, ada empat rukun yang harus dipenuhi, yaitu orang yang beri’tikaf (mu’takif), niat beri’tikaf, tempat i’tikaf (mu’takaf fihi) dan menetap di dalam masjid.
Lalu, bagaimanakah tata cara itikaf?
I’tikaf pada bulan Ramadhan bisa dikatakan sebagai ruang perawatan khusus untuk menghilangkan kanker dosa dari dalam hati. ’tikaf merupakan lingkungan khusus yang jauh dari noda dan kotoran dunia.
Konon Rasulullah selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. emudian pada tahun di mana beliau meninggal dunia, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.
Ketika beliau tidak bisa i’tikaf, beliau kemudian menggantinya dengan i’tikaf sepuluh hari pertama di bulan Syawal. indakan Rasulullah itu merupakan bukti pentingnya ibadah i’tikaf.
Kesungguhan Rasulullah untuk mengerjakan ibadah yang satu ini juga bisa menjadi motivasi untukmu melakukan hal yang sama.
Sedangkan syarat i'tikaf yakni:
1. Niat. Yaitu dalam hati mengatakan :
“Saya niat I’tikaf di masjid ini karena Allah Ta’ala “
2. Suci dari hadats besar.
3. Berakal. Jika di tengah-tengah I’tikaf dia menjadi gila, maka batal I’tikafnya.
4. Islam
5. Berdiam diri minimal seukuran tuma’ninah sholat lebih sedikit ( Sekitar 5 detikkan )
6. Berada di dalam masjid. Maka tidak sah I’tikaf di musala, ribath atau pesantren.
Baca Juga :