Kerokan Dan Manfaatnya
Banyak cara untuk membuat merasa bugar dan segar lagi. Terutama menjelang musim hujan, banyak sekali penyakit yang bisa menyerang. Salah satunya masuk angin, yang membuat badan akan merasa tidak nyaman.
Salah satu cara selain minum obat dari dokter adalah cara tradisional. Cara tradisional pun banyak cara seperti minum jamu, makan yang segar dan agak sedikit pedas dan yang banyak dinikmati yaitu 'kerokan'. Bahkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan jika kerokan sebagai terapi tradisional bisa dijadikan potensi wisata kebugaran.
Mengomentari tren kerokan di musim hujan, Ketua Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF), Prof dr Cissy B Kartasasmita, SpA(K), MSc, PhD, menjelaskan teori di balik terapi murah meriah ini. Menurutnya, kerokan bisa saja melancarkan peredaran darah.
Apa itu kerokan ?
Kerokan atau biasa juga disebut kerikan adalah metode pengobatan tradisional dengan menekan bagian tubuh dan menggosoknya berulang-ulang dengan minyak dan alat penggosok benda tumpul sehingga menimbulkan ruam dan bilur-bilur merah. Minyak atau pelumas seperti minyak telon, minyak olive, minyak kelapa, minyak kayu putih dioles ke permukaan kulit guna menghindari iritasi. Alat penggosok yang digunakan biasanya adalah koin, gundu, batu giok, potongan jahe atau bawang merah.
Meski dianggap sebagai warisan leluhur nusantara, negara-negara luar juga memiliki teknik pengobatan serupa yang sama dengan kerokan. Misalnya Tiongkok (gua sha), Kamboja (goh kyol) dan Vietnam (cao giodi). Selain mudah diterapkan sebagai obat luar, kerokan menjadi pengobatan yang menembus strata sosial karena mudah, murah, mesra dan mujarab. Siapa sih yang tidak pernah kerokan? Mulai dari tua, muda, kalangan atas, menengah sampai bawah pasti pernah merasakan nikmatnya di-"tato cakar naga".
Manfaat Kerokan
Tidak hanya mengusir masuk angin, masih banyak manfaat lain dari kerokan seperti:
-
Migrain : Dalam sebuah penelitian, seorang wanita berusia 72 tahun, yang hidup dengan migrain melakukan kerokan selama 14 hari. Migrainnya pun membaik. Teknik pengobatan kuno ini bisa menjadi alternatif yang efektif untuk migrain.
-
Pembengkakan Payudara : Kondisi ini banyak dialami oleh wanita menyusui diminggu-minggu pertama menyusui karena payudara penuh dengan ASI. Kondisi ini terbilang sementara. Dalam sebuah penelitian, wanita yang kerokan dimulai dari hari kedua setelah melahirkan. Hasil temuan, wanita yang melaporkan pembengkakan lebih sedikit berkurang. Mereka pun bisa menyusui dengan nyaman.
-
Sakit leher: Teknik gua sha juga terbukti efektif mengatasi sakit leher kronis. Dalam sebuah penelitian, sebanyak 48 partisipan dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok melakukan kerokan dan yang lainnya menggunakan alas pemanas untuk mengobati sakit leher. Setelah satu minggu, peserta yang menerima kerokan melaporkan, rasa sakit leher sedikit berkurang dibandingkan dengan kelompok yang tidak menerima kerokan.
-
Sindrom Perimenopause : terjadi saat wanita bergerak mendekati menopause. Gejalanya meliputi, insomnia, haid tidak teratur, gelisah, dan lelah. Studi menemukan, kerokan dapat mengurangi gejala perimenopause pada beberapa wanita. Penelitian tersebut menguji 80 wanita dengan gejala perimenopause. Partisipan diberikan waktu selama 15 menit untuk kerokan, seminggu sekali. Mereka pun merasakan gejala, seperti insomnia, kelelahan, dan sakit kepala menjadi berkurang.
Baca Juga :