Kuliner Khas Solo - Mamam Yuk! Kuliner di Kampung Halaman Jokowi
Jatenglive.com - Solo, Jawa Tengah selain terkenal dengan budaya Jawa juga terkenal dengan kuliner yang mantap. Oleh karena itu, selama dua hari penuh, Kompas Travel mengadakan liputan di kampung halaman Presiden RI, Joko Widodo.
Hasil liputan adalah video dalam program Mamam Yuk! Pada epidosede pertama Kompas Travel mengulas kuliner Solo yang terdiri dari Timlo Sastro, Bestik Pak Pur, dan Susu Shi Jack.
Pada episode ke dua, Kompas Travel bergeser ke Pasar Gede Harjonagoro. Pasar ini menjadi menjadi salah satu destinasi wajib dikunjungi bagi para petualang kuliner di Solo. Kuliner apa saja yang dimuat di 'Mamam Yuk! Kuliner Kampung Jokowi' episode dua?
1. Nasi Liwet Bu Sri
Inilah salah satu nasi liwet legendaris di Solo dengan rasa yang mantap. Anak Bu Sri yang kini meneruskan usaha almarhumah ibunya sendiri tidak tahu sejak kapan usaha ini dimulai, yang ia tahu hanyalah resep nasi liwet legendaris sang ibu.
Daun pisang menurut anak Bu Sri menjadi penjaga cita rasa nasi. Jangan lupahkan areh, suwiran ayam kampung rebus, sayur labu, dan telur pindang yang membuat hidangan ini sangat seimbang dari segi rasa.
Harga sepincuk nasi liwet Bu Sri dihargai Rp 9.000. Patokan asi Liwet Bu Sri berjualan adalah di bagian luar Pasar Gede yang menjual buah. Ia berjualan di pojok dengan meja sederhana dan kursi plastik.
2. Tahok
Tak jauh dari Nasi Liwet Bu Sri, ada Pak Citro yang menjual tahok. Tahok adalah camilan khas China yang mengenyangkan. Terbuat dari sari kacang kedelai dan disantap dengan air jahe gula.
Di banyak daerah, tahok diesbut pula kembang tahu. Pak Citro berjualan tahok dari tahun 1968, buka dari pukul 06.00 WIB dan biasa habis pukul 12.00 WIB. Satu mangkung tahok yang isinya dihargai Rp 6.000.
3. Dawet Telasih Bu Dermi
Ada banyak kios dawet telasih di Pasar Gede, tetapi yang paling ramai adalah Dawet Telasih Bu Dermi. Mbak Uti adalah nama cucu Bu Dermi yang kini meneruskan usaha keluarga tersebut. Ia mengaku tak tahu pasti kapan neneknya berjualan, tetapi banyak orang yang mengatakan sejak Pasar Gede berdiri, sekitar tahun 1930.
Cobalah kesegaran es dawet telasih komplit yang terdiri dari ketan item, cendol, bubur sum sum, gula putih, dan tape ketan. Dihargai Rp 9.000 per mangkuk. Untuk menyantap es dawet ini perlu antre, tetapi kecepatan Mbak Uti meracik es dawet telasih tak perlu diragukan. Bahkan Presiden RI, Joko Widodo juga gemar menyantap es dawet telasih ini.
4. Sate Kere Mbak Tug
Sate Kere Mbak Tug tidak berada di kawasan Pasar Gede, melainkan di Jalan Arifin No 63. Tepatnya di parkiran Depot Es Nini Thowong.
Sate Kere diperkirakan muncul pertama kali pada zaman kolonial Belanda di Pasar Klewer. Kere sendiri dalam Bahasa Jawa berarti miskin. Masyarakat yang tak mampu membeli daging untuks ate kala penjajahan, akhirnya memilih bahan alternatid yang lebih murah, tempe gembus dan jeroan.
Mbak Tugiyem dan suami adalah tukang sate kere langganan keluarga Jokowi. Rasa satenya memang lezat dengan bumbu kacang yang agak pedas dan medok rasanya. Satu tusuk sate tempe dihargai Rp 1.500, 10 tusuk sate jeroan dihargai Rp 22.000, dan lontong dihargai Rp 3.000. Siap siap mengantre jika membeli sate kere Mbak Tugiyem yang terkenal di kalangan warga Solo.
(Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul : "Mamam Yuk! Bertualang Kuliner di Kampung Halaman Jokowi")
Baca Juga :