Mantan Juru Bicara Gus Dur, Wimar Witoelar, Meninggal Dunia di Usia 75 Tahun
Mantan Juru Bicara Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wimar Witoelar meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta, Rabu (19/5/2021) sekitar pukul 09.00 WIB. Kabar duka ini disampaikan Direktur Utama Biro Konsultan InterMatrix Communication (IMX), Erna Indriana, melalui pesan singkat. IMX merupakan salah satu perusahaan yang didirikan Wimar.
Profil Wimar Witoelar
Wimar Witoelar memiliki nama lengkap Wimar Witoelar Kartaadipoetra. Wimar lahir di Padalarang, Jawa Barat, 14 Juli 1945. Dia adalah putra termuda dari lima bersaudara pasangan Raden Achmad Witoelar Kartaadipoetra dan Nyi Raden Toti Soetiamah Tanoekoesoemah.
Wimar Witoelar adalah adik Rachmat Witoelar, Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu dan adik ipar dari Erna Witoelar yang juga mantan Menteri Indonesia.
Wimar Witoelar ini bukan orang yang mudah menyerah. Hal itu tercermin seperti perjalanan hidupnya yang membuktikan bahwa ia adalah orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bersikap kritis. Wimar memasuki Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1963 dan kuliah di jurusan elektro teknik namun tidak pernah diselesaikannya. Meletusnya G30S PKI membuat Wimar ikut terjun dalam aktivitas politik. Pada November 1965, Wimar menjadi salah satu Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Komisariat ITB mewakili Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB).
Sejak saat itu, ia sibuk memimpin apel siaga dan aksi demonstrasi mahasiswa ITB mengganyang PKI. Ia juga memimpin misi Ampera mahasiswa ITB ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Pada 1968, Wimar terpilih sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa ITB.
Pada tahun itu juga ia dipilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB periode 1968-1969. Namun Wimar tidak melanjutkan menyelesaikan kuliahnya di ITB. Karena menurut dia, menjadi aktivis jauh lebih menantang ketimbang kuliah.
"Karena tidak sanggup, tidak ada motivasi lagi. Ketika tahun ketiga kuliah, terjadi Gestapu. Tadinya tak pernah memikirkan kehidupan politik, lalu menjadi aktivis mahasiswa dan menjadi pimpinan. Dan itu lebih menarik dan serius daripada kuliah. Kebetulan kuliah saya di bidang elektro, sangat teknis. Sementara kegiatan saya sudah setingkat menteri. Artinya kalau ingin bertemu menteri bisa dengan mudah, sementara bila menghadap asisten dosen tidak mengerti apa-apa. Jadi senjang sekali kedudukan saya antara di dunia akademik dan di luar dunia itu. Tetapi politik saya sudah selesai di kampus," kata Wimar saat diwawancara Harian Kompas kala itu.
Mengemas acara talkshow menjadi fenomena komunikasi di Tanah Air
Wimar Witoelar dikenal sebagai seorang tokoh yang sering muncul di TV, karena sempat menjadi pemandu acara talk show di televisi. Salah satu acara yang begitu lekat pada sosok Wimar adalah Perspektif di SCTV yang tayang pada 1994 lalu. Lewat acara itu, ia mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintahan Orde Baru. Belakangan, program acara itu dihentikan oleh pemerintahan Presiden Soeharto.
Pasca dilarang penayangan Perspektif, pada 1997-2000 Wimar kembali memandu acara Selayang Pandang yang tayang di Indosiar. Dalam acara itu Wimar kerap melempar candan lucu tapi cerdas sekaligus kritis.
Di 2000, Wimar Witoelar diangkat sebagai juru bicara Presiden Republik Indonesia pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid hingga 9 Agustus 2001.
Wimar Witoelar juga sering dipercaya untuk menjadi pembicara dalam berbagai acara internasional dalam bidang politik dan ekonomi seperti di Sydney, London, Washington, New York, Singapura. Selain itu, Wimar Witoelar merupakan dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB), serta seorang pengusaha.
Wimar telah menulis banyak artikel dan sering dikutip dalam Time, Newsweek, The International Herald Tribune, The New York Times, Wall Street Journal, The Washington Post, The Straits Times, Sydney Morning Herald dan Australian Financial Review. Dia adalah seorang kolumnis untuk surat kabar TODAY Singapura, surat kabar Australia, dan The Guardian dari Inggris.
Di beberapa media arus utama di Indonesia, Wimar punya kolom dan sering menulis. Wimar telah menerbitkan beberapa buku mulai dari karya akademis, antara lain Ancillary Firm Development in Asia terbitan Jepang dan Small and Medium Business Development in Indonesia.
Karyanya yang paling populer di dunia internasional adalah No Regrets, memoar hari-harinya bersama Presiden Abdurrahman Wahid diterbitkan oleh Equinox Publishing. Buku itu ditulis dalam bahasa Inggris, dan berhasil diluncurkan di Jakarta, Singapura, Melbourne, Sydney, New York dan Washington DC. Dia telah menulis testimonial dan kata pengantar yang tak terhitung jumlahnya di buku-buku calon penulis.
Untuk kehidupan pribadi, Wimar Witoelar menikah dengan Suvatchara Witoelar pada 27 Februari 1971. Istrinya, yang merupakan ahli saraf telah meninggal dunia pada 2003. Bersama Suvatchara, Wimar memiliki dua putra Satya Tulaka (1975) adalah seorang arsitek dan pengembang web yang pernah bekerja di Yahoo dan Aree Widya (1978), PhD di bidang matematika dan ilmu komputer.
Baca Juga :