Pahlawan Nasional yang Berpuasa Dlaam Melawan Penjajah
Sejatinya puasa tidak menjadi penghalang bagi umat Muslim untuk melakukan aktifitas bahkan untuk berjuang melawan musuh. Seperti yang pernah dilakukan oleh empat tokoh pahlawan nasional Indonesia yang masih tetap menjalankan ibadah puasa meski harus berjuang melawan penjajahan untuk membela tanah air Indonesia
Tantangan terbesar yang dihadapi para pejuang adalah berpuasa di tengah perang, akrena dengan puasa mere juka memberikan penghormatan kepada Allah SWT dan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan.
Berikut adalah beberapa kisah inspiratif para pejuang yang berpuasa di bawah bendera merah putih:
1. Teuku Umar
Teuku Umar seorang pahlawan dari Aceh ini dikenal dengan perjuangannya melawan penjajahan Belanda di Aceh pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Beliau dikenal sebagai pemimpin gerilya yang cerdik dan berani.
beliau adalah anak dari seorang uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854 ini sering kali berpuasa sambil berperang melawan Belanda. Ia bahkan pernah memimpin serangan besar-besaran pada tanggal 26 Ramadan 1307 H atau 26 November 1889 M.
Beliau gugur dalam pertempuran pada tanggal 11 Februari 1899 M atau 10 Syawal 1316 H di Meulaboh, Aceh Barat dan dimakamkan dengan hormat oleh Belanda sebagai tanda penghargaan atas keberaniannya.
2. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien yang merupakan salah satu pejuang wanita di Indonesia yang juga turut serta dalam perlawanan melawan Belanda di Aceh. Sebagai istri dari Teuku Umar, Ia dikenal sebagai pejuang wanita yang tangguh dan gigih.
Pahlawan wanita yang lahir di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1848 ini tidak pernah menyerah berjuang dan memimpin pasukan gerilyanya untuk melawan Belanda selama lebih dari 20 tahun meskipun suaminya gugur dalam perang.
Dalam berperang Cut Nyak Dhien juga sering kali berpuasa sambil berperang melawan Belanda, bahkan pernah mengucapkan kalimat syahadat saat sedang puasa pada tanggal 6 November 1908 M atau 28 Ramadan 1326 H ketika ia ditangkap oleh Belanda setelah pertempuran sengit di Beutong Ateuh, Aceh Tengah.
Cut Nyak Dien kemudian dibuang oleh Belanda ke Sumedang, Jawa Barat hingga akhir hayatnya pada tahun 1908 M atau tahun 1327 H.
3. KH Mas Mansyur
Tokoh ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia dari Jawa Timur ini dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU) cabang Surabaya pada tahun 1926 M. Lahir di Surabaya pada tanggal 25 Juni 1896, beliau aktif dalam memerangi penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 M.
Sebagai anak dari seorang ulama dan pionir Islam bernama Kyai Haji Mas Ahmad Marzuki ini sering kali berpuasa sambil berperang melawan Jepang maupun sekutu-sekutnya mereka.
Ia bahkan pernah memimpin shalat Idul Fitri di lapangan Pahlawan Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1945 M atau 17 Syawal 1364 H bersama ribuan umat Islam yang berpuasa.
KH Mas Mansyur wafat pada tanggal 17 November 1946 M atau 29 Jumadil Akhir 1365 H di Surabaya akibat luka-luka yang dideritanya saat berperang melawan Belanda.
4. Bung Tomo
Bung Tomo adalah pahlawan nasional yang terkenal karena peranannya dalam memimpin perlawanan rakyat Surabaya melawan Belanda pada tahun 1945 M. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang karismatik dan berwibawa.
Lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920 in memiliki nama asli Sutomo. Anak dari seorang priyayi golongan menengah bernama Kartawan Tjiptowidjojo ini berhasil menginspirasi rakyat Surabaya untuk tetap berjuang meskipun dalam keadaan lapar dan haus.
Sosok yang pernah bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia ini juga sering kali berpuasa sambil berperang melawan Belanda. Ia bahkan pernah menyampaikan pidato-pidato semangat juangnya melalui radio saat sedang puasa. Ia juga berhasil menggalang persatuan antara para pejuang dari berbagai latar belakang agama dan suku.
Bung Tomo meninggal dunia pada tanggal 7 Oktober 1981 M atau 20 Jumadil Awal 1402 H di Jakarta. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan penghormatan militer.
5. KH Wahid Hasyim
Sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU) pusat pada tahun 1926 M dan anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945 M ini turut menjadi salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) pusat pada tahun 1926 ini sering kali berpuasa sambil berperang maupun menjalankan tugas kenegaraannya. Ia bahkan pernah menghadiri Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 M saat sedang puasa.
Pahlawan nasional yang lahir di Jombang pada tanggal 1 Juni 1914 tersebut juga aktif dalam memerangi penjajahan Belanda maupun komunis pada masa revolusi fisik hingga masa demokrasi liberal. Ia juga menjabat sebagai menteri agama pertama Republik Indonesia pada tahun 1949-1952 M.
KH Wahid Hasyim meninggal dunia akibat kecelakaan mobil pada tanggal 19 April 1953 M atau 28 Rabiul Akhir 1372 H di Garut, Jawa Barat. Ia dimakamkan di kompleks makam keluarga NU di Jombang, Jawa Timur. (Intisari Online)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kisah 5 Pejuang Indonesia yang Bertempur dengan Berpuasa Saat Menghadapi Penjajah di Bulan Suci, https://jateng.tribunnews.com/2023/03/23/kisah-5-pejuang-indonesia-yang-bertempur-dengan-berpuasa-saat-menghadapi-penjajah-di-bulan-suci?page=all.
Baca Juga :