Rangkaian Acara Dugderan Di Semarang Yang Akan Digelar Selama 2 hari
Dalam menyambut bulan Ramadhan, kota Semarang akan menggelar tradisi tahunan yang sering dikenal nama 'dugderan'. Dugderan sendiri berasal dari Suhuf Halaqof yang dibacakan, kemudian dilakukan pemukulan beduk disertai suara petasan meriam, yaitu 'dug, dug, dug,' suara beduk dan 'der, der, der,' suara meriam. Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan.
Tradisi dugderan ini telah diadakan sejak tahun 1882 pada masa Kebupatian Semarang di bawah kepemimpinan Bupati R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat. Perayaan yang telah dimulai sejak zaman kolonial ini dahulu dipusatkan di kawasan Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Semarang (Masjid Kauman) yang berada di pusat kota lama Semarng dekat Pasar Johar.
Prosesi Dugder tahun ini rencananya juga akan dihadiri oleh Wali kota Solo dan Kepala Daerah di wilayah Kedungsepur. Tahun ini, pagelaran dugderan akan sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika tahun - tahun sebelumnya dilaksanakan secara sederhana dan juga belum memiliki alun - alun, tahun ini Presiden Jokowo sudah meresmikan alun - alun yang bisa digunakan untuk kegiatan sosial budaya.
Tahun 2023 ini, prosesei Dugderan akan dilaksanakan selama 2 hari, yaitu Senin (20/03/ 2023) dan puncaknya di hari Selasa (21/3/2023) di Lapangan Pancasila berupa pawai dari para siswa sekolah di Kota Semarang.
20 Maret 2023
Akan ada karnaval Dugder anak-anak SMP se-kota Semarang mulai pukul 15.00 WIB dari Simpang Lima hingga Taman Indonesia Kaya.

21 Maret 2021
Prosesi kirab Dugderan mulai dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Kauman Semarang. Kirab tersebut akan diisi dengan tari-tarian termasuk tarian Warak Ngendhog.
Prosesi kali ini akan ada yang berbeda, karena biasanya wali kota Semarang yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningra adalah seorang pria kini gelar harus dirubah karena Wali Kota Semarang adalah perempuan untuk pertama kalinya dalam sejarah yaitu Hevearita Gunaryanti Rahayu akan berperan sebagai adipati engan gelar Kanjeng Ratu Nimas Tumenggung Purbo Diningrum.
Prosesi dugder tahun ini akan ada beberapa pasukan di antaranya pasukan bergada (kelompok atau grup prajurit) yang dikirimkan dari tiap-tiap perwakilan kecamatan di kota Semarang sejumlah 8 orang, di mana setiap pasukan bergodo beranggotakan 40 personil.
Yang kemudian dibagi menjadi 4 (empat) kelompok pasukan Bergada yaitu; Bergada Watang Ki Ageng Pandanaran, Bergada Pedang Temeng Surohadimenggolo, dan Bergada Badui Reksanegara, serta partisipasi seluruh ibu-ibu lurah se-Kota Semarang yang tergabung dalam pasukan Bergada Sorogeni Gandewo Suromenggolo sejumlah 40 orang.
Dalam pelaksanaan kirab budaya dugder tidak menggunakan kendaraan bermesin semuanya menggunakan transportasi tradisional dari Balaikota menuju Masjid Agung Semarang.
Hal ini dimaksudkan selain untuk menjaga lingkungan juga mengulang memori kolektif tradisi dugder yang pernah diselenggarkan pada masa Bupati Semarang di era Kanjeng Raden Mas Arya Adipati Purbaningrat dengan menggunakan Kanjengan atribut Kadipaten Semarang pada tahun 1881 M.
Baca Juga :