Sejarah Dibalik Baju Koko yang Digunakan Pria Pada Hari Lebaran
Di Indonesia, baju koko diidentikkan dengan baju muslim kaum pria. Tak heran jika menjelang Lebaran, baju ini selalu laris dicari pria. Ada masanya baju ini hanya dipakai pria ketika beribadah di masjid atau untuk merayakan momen Lebaran. Tetapi sekarang baju koko sering terlihat dikenakan di acara pesta.
Sebenarnya, dari mana asal mula baju koko? Seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 31 Mei 2018, peneliti sejarah JJ Rizal menyebutkan baju koko berasal dari tui-khim, pakaian sehari-hari pria Tionghoa.
Masyarakat Tionghoa sering kali memadukan busana tui-khim dengan celana yang panjangnya hingga mata kaki. Hingga awal abad ke-20, para pria Tionghoa yang tinggal di Indonesia menerapkan busana tui-khim dengan celana panjang semata kaki untuk kegiatan sehari-hari. Lambat laun, baju tui-khim juga digunakan oleh warga pribumi seiring membaurnya masyarakat Tionghoa dengan pribumi.
Sementara menurut David Kwa, pengamat budaya Tionghoa, tui-khim juga dipakai di kalangan masyarakat Betawi dan dikenal dengan sebutan baju tikim. Kwa menyatakan bahwa ciri-ciri baju tikim sama seperti baju koko.
Diduga, awal mula istilah "koko" muncul karena pria Tionghoa yang menggunakan baju itu disebut engko-engko, yang dalam bahasa Indonesia berkembang menjadi koko. Di tahun 1911, sejak berdirinya Perhimpunan Tionghoa di Hindia Belanda, baju tui-khim dan celana komprang mulai ditinggalkan. Para pria China diperbolehkan mengenakan pakaian Belanda.
Dalam tradisi orang Jawa, ada baju tradisional yang disebut Surjan. Baju surjan dipercaya menjadi "pencetus" kelahiran baju koko di Indonesia. Surjan berasal dari dua suku kata, yaitu "su" dan "ja". Artinya adalah nglungsur wontern jaja atau meluncur melalui dada. Maka dari itulah, baju surjan ini memiliki panjang yang sama di bagian depan dan belakang. Umumnya, baju surjan dipakai untuk menghadiri acara resmi seperti upacara adat Jawa, dan dilengkapi aksesori blangkon atau beberan.
Ciri khas dari baju surjan yaitu motifnya berupa garis-garis yang membentang secara vertikal, dengan warna cokelat muda atau cokelat tua. Sedangkan, baju koko memiliki ciri khas berkerah tegak dengan lengan panjang mirip jas Jawa. Konon, baju ini adalah hasil sentuhan dari Sunan Kalijaga.
Model baju surjan Jawa tadinya berlengan pendek. Namun Sunan Kalijaga memodifikasi baju itu menjadi baju takwa dengan lengan panjang. Mengapa namanya baju takwa? Sebab, baju itu dipakai saat ada acara yang berkaitan dengan keagamaan. Tetapi, baju takwa disebut tidak diadopsi dari baju tui-khim.
Ciri khas dari baju surjan yaitu motifnya berupa garis-garis yang membentang secara vertikal, dengan warna cokelat muda atau cokelat tua. Sedangkan, baju koko memiliki ciri khas berkerah tegak dengan lengan panjang mirip jas Jawa. Konon, baju ini adalah hasil sentuhan dari Sunan Kalijaga. Model baju surjan Jawa tadinya berlengan pendek. Namun Sunan Kalijaga memodifikasi baju itu menjadi baju takwa dengan lengan panjang. Mengapa namanya baju takwa? Sebab, baju itu dipakai saat ada acara yang berkaitan dengan keagamaan. Tetapi, baju takwa disebut tidak diadopsi dari baju tui-khim.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengulik Sejarah Baju Koko, Busana Andalan Pria di Hari Raya"
Baca Juga :