Makanan Khas Semarang ya Lumpia. Begini Sejarahnya!
Lumpia adalah makanan khas kota Semarang, atau yang terkadang dieja “lun pia” ini adalah sejenis jajanan tradisional perpaduan Tionghoa-Jawa. Dibalik popularitasnya, ada cerita unik tentang kedatangan Lumpia di Semarang. Ternyata ada "bumbu" cinta yang kemudian memunculkan kuliner khas Semarang. Seiring berjalannya waktu, hidangan ini terkenal tidak hanya di kota Semarang tetapi juga di banyak kota lain di tanah air.
Semua bermula pada tahun 1880 Tjoa Thay Joe yang berasal dari Fujian, lalu Tjoa Thay Joee mutuskan untuk merubah nasibnya dan tinggal di Semarang dan membuka bisnis makanan khas Tiong Hoa yaitu martabak yang berisi daging babi dan rebung. Tidak lama Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Mbak Wasih, Mbak Wasih asli Jawa yang kebetulan juga berjualan makanan yang hampir serupa, hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang juga udang. Dan mulai dari situ terjaadi persaingan.
Seiring waktu bejalan, Tjoa Thay Joe dan Mbak Wasih menjadi teman dan ternyata saling jatuh cinta dan lalu mereka memutuskan untuk menikah. Bisnis yang dijalankan pun akhirnya dilebur menjadi satu dengan sentuhan perubahan yang malah makin melengkapi kesempurnaan. Dan isinya ini diubah menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung, dan dibungkus dengan kulit lumpia khas Tiong Hoa. Keunggulan dari makanan ini adalah udang dan telurnya yang tidak amis, rebungnya manis, serta kulit lumpia yang renyah jika digoreng, dan disajikan dengan saus manis yang kental dengan acar dan lokio.
Makanan ini dinamakan lumpia karena saat itu makanan ini biasanya dipasarkan di Olympia Park, dan pasar malam Belanda, maka dari itu makanan ini dikenal dengan nama lumpia. Usahanya makin besar dan diteruskan oleh anak-anaknya, Siem Gwan Sing dan Siem Hwa Noi yang membuka cabang di Mataram, dan Siem Swie Kiem yang meneruskan usaha warisan ayahnya di Gang Lombok no 11.
Baca Juga :