Sejarah Rantang Di Seluruh Dunia
Masih ingat dengan rantang? Jauh sebelum munculnya berbagai tipe kotak makan seperti saat ini, rantang sudah lebih dulu terkenal dan populer. Rantang biasa dibawa-bawa orang Indonesia, bahkan ikonik sebagai wadah piknik yang kerap diboyong para ibu.
Hampir di setiap rumah dipastikan mempunyai rantang, tapi jangan buru-buru cap kuno atau tak keren, rantang sebenarnya punya banyak kegunaan dan sesuai dengan tren ramah lingkungan dan juga sustainable karena bisa dipakai ulang.
Rantang yang kini kembali dikenal karena digunakan sebagai wadah makanan sustainable dan juga mengurangi sampah wadah makanan ini memiliki sejarah yang panjang.
Sejarah rantang tak bisa terpisah dari sejarah kotak makan. Kotak makan disebut-sebut sudah mulai digunakan pada abad ke-19. Saat itu kotak makan yang dikenal dengan sebutan lunch box hanya digunakan para pekerja pabrik di Amerika.
Para pekerja kaya menggunakan kotak kayu mewah, sementara mereka yang tidak mampu biasa membawa kotak atau kaleng biskuit daur ulang. Kaleng biskuit daur ulang ini muncul pada tahun 1800-an.
Kemudian sekitar tahun 1850-an muncul kotak makan logam. Paten untuk kotak makan ini pun dipercaya mulai tahun 1860-an. Tahun 1904 muncul produk termos vakum yang lebih canggih. Orang-orang kaya menenteng termos vakum untuk membuat makanan mereka tetap hangat.
Sebelum kotak makan hadir dalam berbagai bentuk, sebenarnya budaya orang zaman dulu ketika membawa bekal, sering kali menggunakan ember kecil yang terbuat dari logam silinder. Tempat makan dengan ember logam ini awalnya dianggap sebagai simbol stasus sosial ekonomi rendah.
Dalam bahasa Inggris, rantang disebut sebagai tiffin carrier sedangkan di India disebut sebagai dabbas ini digunakan secara luas di Asia sebagai wadah makan siang. Dabbas di India digunakan untuk wadah makan siang pekerja kantoran dari rumah atau katering. Dabbas akan dikirimkan oleh kurir yang disebut dabbawalas.
Dari India mereka menyebar ke Indonesia, Malaysia (mangkuk datar), dan Singapura. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, rantang mulai jadi bagian keseharian sejak 1950-an. Rantang nyatanya juga digunakan di Hungaria (ethordo), terutama sebagai wadah makanan untuk take away alias makan di rumah.
Sedangkan di Jerman, rantang disebut juga sebagai Henkelmann. Masa kejayaan henkelmen yang berbentuk oval ini berada pada 1960-an dan kini sudah jarang dipakai.
Rantang juga punya nama unik di berbagai negara misalnya Thailand Pin To, Khmer disebut Chan Srak, China Hokkien disebut Uann tsan, negara-negara Arab menyebut safartas, dan Turki menyebutnya sebagai mangkuk perjalanan.
Kalau di Eropa terkenal dengan kotak makan, tapi di Indonesia ada rantang. Wadah alumunium ini punya bentuk yang berbeda karena bersusun beberapa tingkat. Panci portable ini juga memiliki telinga kecil di kanan dan kiri sebagai pegangan sekaligus pengait.
Pada mulanya, rantang hanya bersusun dua dan biasa dibawa para prajurit dalam perang. Dulu, biasa juga digunakan para istri untuk mengantarkan makan siang para suami di tempat kerjanya. Pada panci paling bawah, biasanya ditempatkan nasi, panci yang terpisah di atasnya digunakan untuk tempat lauk. Rantang bukan hanya jadi wadah makan siang semata, tapi sudah menjadi wadah tradisional untuk menghantarkan makanan. Selain lebih bersih juga ramah lingkungan.
Baca Juga :