Stasiun Samarang, Stasiun kereta Api Pertama di Indonesia yang Sudah Hilang
Hari ini 28 September diperingati sebagai hari Kereta Api Indonesia. Perkereta apian di Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Sampai saat ini jaringan rel kereta api berkembang pesat dan sudah menghubungkan berbagai wilayah di seluruh Pulau Jawa dan beberapa wilayah di Sumatera.
Stasiun Samarang yang menjadi stasiun kereta api pertama di Indonesia. Stasiun ini merupakan salah satu bangunan penting yang menjadi tonggak sejarah jalur kereta api di Indonesia. Stasiun ini merupakan stasiun tempat kereta api pertama kali berangkat di Indonesia. Lokasinya di Kelurahan Kemijen, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pertama kali dibuka jalurnya tahun 1867 oleh perusahaan Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dengan rute Semarang-Tanggung. Jalur kereta api itu memiliki jarak 26 km.
Seiring berjalannya waktu, keberadaan stasiun ini hilang tergerus zaman. Stasiun Samarang NIS tidak lagi digunakan ketika Jepang memasuki Indonesia, dan kemudian ditinggali oleh para pensiunan pegawai kereta api. Dilansir dari laman heritage.kai.id, area stasiun kerap digenangi air, apalagi saat terjadi pasang air laut, lantaran dibangun di lahan bekas rawa. Dilansir dari Kompas.com, Kamis (27/2/2014), sisa-sisa bangunan stasiun berbentuk huruf "u" ini sulit ditemukan, salah satunya akibat penurunan tanah.
Bangunan Stasiun sudah hilang karena tertutup rumah. Tanahnya turun terus. Tinggi atap tinggal 2,5 meter. Adapun sisa dari stasiun ini adalah Asrama Spoorland yang merupakan sisa bangunan sayap selatan.
Sejarah Stasiun Semarang
Stasiun Samarang NIS atau disebut juga Stasiun Kemidjen NIS dibangun pada 17 Juni 1864 dan dibuka untuk umum pada 10 Agustus 1867. Selama beroperasi, stasiun ini lebih banyak melayani angkutan barang daripada penumpang dan terhubung dengan berbagai pelabuhan di Kota Semarang.
Mulai 1914, sebagian besar bangunan stasiun sudah dibongkar untuk membangun jalur rel baru dari Samarang ke Semarang Tawang. Bersamaan dengan itulah, pengoperasian Stasiun Samarang NIS tergantikan oleh Stasiun Semarang Tawang.
Sayangnya Stasiun Samarang dulu dibangun di bekas tanah rawa. Genangan banjir sering melanda areal stasiun apabila terjadi pasang air laut. Untuk mengatasi hal itu direksi sepakat memindahkan kantor pusat dan memisahkan pelayanan penumpang dan barang melalui dua stasiun. Kantor Pusat NISM yang baru dipilih pada lokasi sebidang tanah luas yang waktu itu masih di pinggir kota. Untuk meningkatkan pelayanan serta menampung jumlah penumpang lebih banyak, NISM membangun sebuah stasiun baru: Stasiun Tawang. Stasiun ini nantinya diperuntukan bagi angkutan penumpang sedangakan Stasiun Samarang kemudian dikhususkan sebagai stasiun bongkar muat barang.
Stasiun Tawang dirancang oleh arsitek Belanda Sloth-Blauwboer dan diresmikan pada tanggal 1 Juni 1914. Sebelumnya, pada tahun 1911 dilakukan peletakan batu pertama oleh Anna Wilhelmina van Lennep, putri Kepala Teknisi di NISM. Lokasi Stasiun Tawang cukup strategis, terletak di sebelah utara kawasan Kota Lama Semarang yang pada saat itu mejadi pusat perdagangan di Semarang. Kendati berlokasi strategis, wilayah di utara Kota Lama Semarang masih berupa rawa dengan tanah yang labil. Untuk mengatasi hal tersebut, sebelum dilaksanakan pembangunan dilakukan pemadatan tanah menggunakan lempengan pelat beton selama berbulan-bulan.
Setelah tidak beroperasi lagi, Stasiun Samarang NIS kemudian mulai dialih fungsikan menjadi tempat gudang. Lambat laun, bangunan stasiun itu tidak terpakai lagi. Oleh karena itulah di kemudian hari bangunan-bangunan bekas stasiun itu digunakan sebagai tempat tinggal para pegawai kereta api.
Baca Juga :