Alasan dan Sejarah Nama Nusantara Sebagai Ibu Kota Baru di Kalimantan
Indonesia saat in memiliki ibu kota baru di Kalimantan Timur yang diperi nama "Nusantara". Pemberian nama tersebut diungkapkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam rapat Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Ibu Kota negara (RUU IKN) di Jakarta, Senin (17/1/22).
Alasan Pemberian Nama Nusantara
Pemberian nama "Nusantara" dipilih karena kata tersebut sudah dikenal lama dan menjadi ikonik di dunia internasional.
"Alasannya adalah Nusantara sudah dikenal sejak dulu, dan ikonik di internasional, mudah dan menggambarkan kenusantaraan kita semua, Republik Indonesia," kata Suharso.
Suharso menuturkan, nama ibu kota tersebut awalnya ingin dimasukkan ke dalam RUU IKN, tetapi ditahan sebelum akhirnya diberikan konfirmasi oleh Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, draf RUU IKN belum mencantumkan nama ibu kota baru sehingga hanya disebut sebagai "IKN [...]" di dalam draf RUU tersebut.
Sejarah Nama Nusantara
Nusantara terdiri dari kata nusa yang artinya pulau, yakni pulau-pulau, dan antara yang berarti lain atau seberang. Seperti dikutip dari Kompas.com (15/02/20), Nusantara adalah istilah yang kerap digunakan untuk menyebut Indonesia. Nama ini berasal jauh sebelum Indonesia ada.
Dikutip dari Perundang-undangan Madjapahit (1967), nama Nusantara lahir di masa Kerajaan Majapahit di sekitar abad ke-14. Nusantara saat itu digunakan dalam konteks politik, yang terdiri dari gugusan atau rangkaian pulai yang terdapat di antara benua Asia dan Australia, Bahkan termasuk Semenanjung Malaya.
Istilah Nusantara tercatat diucapkan oleh Patih Majapahit, Gajah Mada lewat Sumpah Palapa. Lewat sumpah terkenalnya itu, Gajah Mada berjanji akan menguasai wilayah luar Jawa yang belum berada di bawah pemerintahan Majapahit. Janji itu disampaikannya saat pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit.
Sumpah Palapa berbunyi: "Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa." Artinya, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."
Setelah majapahit bubar, istilah Nusantara terlupakan. Namun baru kembali digunakan di abad ke-20. Istilah Nusantara dipopulerkan kembali oleh pendiri Taman Siswa yang juga merupakan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.
Nusantara pun digunakan sebagai sebagai alternatif dari Nederlandsch Oost-Indie atau Hindia Belanda. Hingga kini, istilah Nusantara masih kerap digunakan sebagai padanan Indonesia. Istilah Nusantara banyak dipergunakan dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan.
Baca Juga :