Anak Tidur Larut Malam Meningkatkan Risiko Obesitas
Studi terbaru mengaitkan waktu tidur larut malam dengan peningkatan resiko obesitas pada anak-anak. Penelitian menemukan, anak-anak yang biasanya tidur larut malam ditentukan di atas jam 9 malam oleh peneliti memiliki ukuran pinggang lebih lebar dan indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi. Namun, peneliti mengatakan orangtua tidak boleh terburu-buru membuat anak mereka tidur lebih awal. Para ibu dan ayah disarankan untuk tetap fokus mempertahankan rutinitas waktu makan dan tidur pada anak.
Penelitian yang menemukan kaitan antara tidur larut malamdan obesitas itu dilakukan oleh tim yang dipimpin Dr. Claude Marcus, profesor pediatri di Karolinska Institute, Swedia. Studi ini bagian dari studi yang lebih luas terkait obesitas berfokus pada 107 anak di Swedia dengan 64 anak mempunyai orangtua yang diklafikasikan termasuk kelebihan berat badan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2953637/original/015911300_1572418623-2019-10-29.jpg)
Para peneliti memantau berat, tinggi dan lingkar pinggang tiap anak dari usia satu hingga enam tahun, dan semuanya memiliki ukuran sama ketika studi dimulai. Aktivitas tidur diukur selama tujuh hari berturut-turut satu tahun sekali selama masa penelitian dengan pelacak yang dikenakan di pergelangan tangan anak. Anak-anak yang biasanya tidur larut malam meiliki ukuran pinggang lebih luas dan BMI lebih tinggi diakhir penelitian.
"Tidur larut malam adalah salah satu faktor yang sangat menonjol. ini dikatikan dengan peningkatan berat badan. Namun, yang bisa dilihat adalah hubungan. Tidak jelas apakah jika anak-anak itu diminta tidur awal hasilnya akan berubah," kata Marcus. Terjaga melebihi jam 9 malam bisa menjadi salah satu tanda dari gaya hidup kurang seaht dan menempatkan anak-anak pada resiko kelebihan berat badan. Ia mencatat, waktu tidur anak-anak di seluruh dunia sangat bervariasi. Anak Spanyol dan beberapa bagian di Asia umumnya bergadang lebih lama.
Dalam komentar terkait penelitian itu, Dr. Nicole Glaser dan Dr. Dennis Styne, ahli endokrin pediatrik di California, menyebut ada kemungkinan obesitas dan kurang tidur dipicu hal lain. Misalnya saja waktu menatap layar terlalu lama, gerak kfisik yang tidak memadai atau kurang kewaspadaan secara keseluruhan mengenai kebiasaan hidup sehat dalam keluarga.
Namun, keduanya menambahkan bisa saja ada kaitan fisik. Hal itu dikarenakan beberapa daerah otak yang terlibat mengatur siklus tidur dan bangun juga mengatur perilaku makan dan puasa. "Pengaturan tidur dan berat badan saling terkait secara rumit pada berbagai tingkatan," tulis Glaser dan Styne, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Batasan utama dari penelitian ini adalah jumlah anak-anak yang terlibat tergolong sedikit. Studi sebelumnya telah menemukan, durasi tidur yang lebih pendek dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas di masa kanak-kanak. Tetapi, studi dari tim Marcus mengungkap terlepas dari beberapa lama durasi tidur anak, tidur setelah jam 9 malam dikaitkan dengan peningkatan obesitas dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi. Studi tersebut mengungkap, upaya untuk mencegah obesitas adalah belih memperhatikan tidur.
Sumber : Artikel Harian Tribun Jateng Senin, 24 Februari 2020
Baca Juga :