Apa itu Buta Warna Parsial : Arti, Jenis, Diagnosa dan Penyebabnya
Fahri Fadillah Nur Rizky (21) baru saja dinyatakan gagal mengikuti pendidikan bintara Polri meskipun dia sudah berulang kali mengikuti seleksi. Sebelumnya Polda Metro pernah menjelaskan jika Fahri sudah berulang kali mengikuti seleksi sejak tahun, dia tetap tidak bisa lolos karena Fahri mengalami buta warna parsial. Dan untuk lolos dalam pendidikan bintara Polri ada beberapa syarat yang harus dipenuhi salah satunya adalah tes buta warna dimana buta warna parsial masuk di dalamnya.
Buta warna merupakan kondisi saat kualitas penglihatan terhadap warna berkurang. Pengidap kondisi ini akan mengalami kesulitan dalam membedakan warna tertentu. Namun, pengidap kondisi ini masih dapat melatih diri dalam beradaptasi, sehingga dapat menjalankan aktivitas hariannya dengan normal.
Secara umum, ada dua jenis penyakit buta warna, yaitu buta warna parsial dan buta warna total. Kedua jenis buta warna ini dibedakan berdasarkan kemampuan penderita untuk melihat dan mengidentifikasi warna.
Apa itu Buta Warna Persial?
Buta warna parsial merupakan jenis buta warna yang paling umum terjadi. Berbeda dengan buta warna total, buta warna parsial membuat penderitanya memiliki persepsi yang berbeda ketika melihat warna sehingga kesulitan untuk membedakan warna tertentu. Sementara itu, buta warna total atau penglihatan monokromatik membuat penderitanya tidak dapat melihat warna sama sekali, sehingga dunia dan berbagai benda di sekitarnya akan terlihat berwarna hitam atau putih saja.
Keterbatasan dalam membedakan warna ini jarang terjadi pada banyak orang sehingga perlunya pengecekan secara khusus dengan bantuan dokter. Buta warna banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita, 1 dari 12 pria dapat mengalami buta warna sedangkan hanya 1 dari 200 wanita yang menderita buta warna.
Jenis-Jenis Buta Warna Parsial
Buta warna parsial memiliki dua golongan, yaitu kesulitan membedakan warna pada gradasi merah-hijau, dan sulit membedakan warna biru-kuning. Ketika pengidap kesulitan membedakan warna merah-hijau, kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya fungsi sel kerucut merah atau kerucut hijau. Buta warna ini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
-
Protanopia (red-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut merah. Hal ini membuat seseorang susah membedakan warna merah.
-
Protanomali (merah-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut merah, tetapi hanya bisa melihat beberapa jenis warna merah tertentu.
-
Deuteranopia (green-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut hijau. Hal ini membuat seseorang susah membedakan warna hijau dengan warna lainnya.
-
Deuteranomali (hijau-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut hijau, tetapi hanya bisa melihat beberapa nuansa atau warna hijau tertentu.
Jenis buta warna kedua adalah biru-kuning. Buta warna biru-kuning jarang terjadi pada seseorang dan akan sangat menyulitkan untuk membedakan warna biru, hijau, kuning, serta merah. Jenis buta warna biru-kuning terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
-
Tritanopia (blue-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut biru. Hal ini membuat seseorang susah menangkap dan membedakan warna biru.
-
Tritanomali (biru-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut biru, tetapi hanya bisa melihat beberapa nuansa atau warna biru tertentu.
Penyebab Buta Warna Parsial
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab seseorang mengalami buta warna parsial, di antaranya:
1. Faktor keturunan
Buta warna parsial biasanya terjadi karena faktor keturunan. Misalnya, ayah atau ibu memiliki kelainan pada fotopigmen, yaitu zat yang berfungsi untuk mendeteksi warna dalam sel-sel kerucut yang ada di bagian belakang retina mata.
2. Cedera mata atau otak
Buta warna parsial juga bisa dipicu oleh cedera pada retina mata. Selain itu, cedera di kepala yang menimbulkan kerusakan bagian otak yang berfungsi untuk mengenal persepsi warna juga bisa menjadi pemicu buta warna parsial.
3. Penyakit tertentu
Kerusakan saraf di retina mata dan otak yang menyebabkan buta warna parsial bisa terjadi akibat penyakit tertentu, seperti glaukoma, degenerasi makula, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, stroke, dan diabetes.
4. Efek samping obat-obatan tertentu
Buta warna parsial juga bisa terjadi akibat efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat antipsikotik klorpromazin dan tioridazin, serta obat antituberkulosis etambutol. Namun, buta warna akibat efek samping obat-obatan biasanya dapat membaik dengan sendirinya saat pengobatan selesai.
5. Penuaan
Seiring bertambahnya usia, fungsi penglihatan pun akan menurun. Risiko buta warna parsial meningkat pada lansia yang memiliki penyakit mata akibat penuaan, misalnya penyakit degenerasi makula dan katarak.
Tes Buta Warna Parsial
Tes buta warna parsial dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode-metode tersebut dapat dilakukan dengan bantuan dokter spesialis mata. Tes buta warna yang umum digunakan, antara lain:
1. Tes Ishihara
tes ini ditemukan oleh Shinobu Ishihara, seorang optalmologis asal Jepang. Tes ini paling sering digunakan untuk mengetahui buta warna parsial, terutama pada buta warna merah-hijau. Bentuk tes ini berupa kartu dengan titik-titik yang memiliki warna dan ukuran berbeda-beda. Beberapa dari titik-titik tersebut membentuk satu atau dua digit angka. Seseorang dengan mata yang normal akan dapat melihat angka tersebut, sedangkan seseorang dengan buta warna tidak dapat melihatnya.
2. Cambridge Color Test
Tes ini sangat mirip dengan tes ishihara, bedanya adalah tes ini menggunakan layar komputer. Seseorang akan diminta untuk mencari huruf “C” yang warnanya berbeda dari background warna aslinya. Huruf ini muncul secara acak dan seseorang perlu menekan salah satu tombol dari empat tombol yang disediakan jika melihat huruf tersebut.
3. Anomaloscope
Tidak seperti tes buta warna lainnya, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang berbentuk seperti mikroskop, yaitu anomaloskop. Cek buta warna menggunakan anomaloskop merupakan jenis pemeriksaan gangguan penglihatan warna yang paling akurat.
Pada tes ini, seseorang akan melihat melalui kaca dan sebuah lingkaran. Setengah lingkaran berwarna kuning dan setengah lagi berwarna merah-hijau. Orang tersebut perlu untuk menyamakan kedua potongan warna menjadi satu dengan kecerahan yang sama. Tes ini digunakan untuk mengecek buta warna merah-hijau.
4.Farnsworth-Munsell 100 Hue Test
Tes ini menggunakan balok-balok dengan gradasi warna yang berbeda. Orang tersebut hanya perlu menyusun warna balok dengan gradasi warna yang tepat. Metode ini digunakan untuk beberapa perusahaan yang memerlukan ketelitian dalam penggunaan warna.
Baca Juga :