Pertanyaan tentang kebahagiaan antara orang yang masih lajang dan mereka yang memiliki pasangan telah menjadi topik menarik di dunia psikologi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan seseorang tidak hanya ditentukan oleh status hubungan, tetapi juga oleh faktor lain seperti kepribadian, hubungan sosial, dan pandangan hidup.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Sainsbury Wellbeing Research Group pada tahun 2022 menunjukkan bahwa tingkat kebahagiaan seseorang lebih bergantung pada kualitas hubungan sosial daripada status hubungan. Penelitian ini melibatkan lebih dari 10.000 responden dari berbagai negara. Hasilnya menunjukkan bahwa:

• 53% responden lajang mengaku puas dengan hidup mereka, terutama karena merasa memiliki kebebasan untuk mengejar minat dan karier pribadi.
• 47% responden yang memiliki pasangan menyatakan bahwa hubungan yang sehat dan suportif memberikan kontribusi besar pada kebahagiaan mereka. Namun, sebagian juga melaporkan tekanan emosional yang datang dari konflik dalam hubungan.

Menurut Dr. Jennifer Taitz, seorang psikolog klinis, orang dengan kepribadian yang lebih independen cenderung merasa lebih bahagia saat lajang. Sebaliknya, individu yang memiliki kebutuhan tinggi akan koneksi emosional merasa lebih bahagia ketika memiliki pasangan.

Studi lain dari Journal of Happiness Studies menyebutkan bahwa orang lajang lebih mungkin merasa kesepian, terutama saat tidak memiliki hubungan sosial yang kuat. Di sisi lain, mereka yang memiliki pasangan menghadapi risiko stres akibat konflik hubungan, yang bisa mengurangi kebahagiaan.

Pada akhirnya, kebahagiaan tidak sepenuhnya bergantung pada status hubungan. Baik jomblo maupun memiliki pasangan, yang paling penting adalah bagaimana seseorang memaknai hidupnya dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitarnya.

Apakah Anda merasa lebih bahagia sebagai jomblo atau dengan pasangan? Jawabannya mungkin berbeda untuk setiap orang, tergantung bagaimana mereka menjalani hidup dan membangun hubungan.