Bisa Membaca Typo Adalah Bukti Kecerdasan Otak Anda
JATENGLIVE.COM - Mengapa kita bisa tetap mengerti saat membaca kata-kata "typo", selama salah ketik bukan di huruf pertama dan terakhir? Ternyata otak kita tidak hanya bergantung pada apa yang tertulis, tetapi juga bergantung pada apa yang kita harapkan terlihat. Fenomena ini disebut Typoglycaemia.
Sedikit agak rumit, tetapi kutipan di atas artikel ini akan membantu Anda untuk memahami fenomena tersebut. Kutipan itu merupakan pernyataan seorang peneliti dari Universitas Cambridge yang tak disebutkan namanya. Inti kutipan tersebut adalah kita masih bisa membaca sebuah kata selama huruf pertama dan terakhirnya tepat pada posisinya.
Sebuah penelitian yang tidak terkait secara langsung pernah dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Glasgow pada tahun 2011. Mereka menemukan bahwa ketika mata menangkap sesuatu hal yang tidak jelas, otak akan menebak apa yang seharusnya mereka lihat untuk mengisi kekosongan atau ketidakjelasan tersebut.
"Secara efektif, otak kita membangun teka-teki yang sangat kompleks dengan menggunakan data atau informasi apa pun yang diperoleh," kata Fraser Smith, salah satu anggota tim peneliti. "Hal ini dipengaruhi juga oleh konteks di mana kita melihat mereka, ingatan kita, dan indera kita yang lain," tambahnya, dikutip dari Sciencalert, Sabtu (31/3/2018).
Sementara itu, Matt Davis, peneliti di bidang Kognisi dan Ilmu Otak dari Universitas Cambridge, meyakini kutipan yang menyebut berasal dari Cambridge itu merupakan penggalan dari sebuah penelitian tentang topik pengacakan kata yang pernah dia pelajari. Davis akhirnya melacak dan menemukan sebuah penelitian yang dikerjakan oleh Graham Rawlinson untuk meraih gelar PhD pada tahun 1976. Dalam penelitian tersebut, ada 16 percobaan yang dilakukan dan semuanya membenarkan bahwa seseorang mampu memahami kata-kata yang huruf tengahnya diacak. Namun demikian, ada beberapa poin penting yang ditemukan oleh Davis, misalnya:
1. Kemampuan tersebut lebih mudah dilakukan pada kata-kata yang singkat, karena mengandung lebih sedikit variabel.
2. Kata-kata yang digunakan dalam struktur tata bahasa semisal "and" dan "a" biasanya tidak diacak karena singkat. Hal ini dapat membantu pembaca membentuk struktur kalimat dan menebak.
3. Lebih mudah dibaca saat letak huruf yang diacak berdekatan dengan posisi asli, misalnya "porbelm" untuk "problem", dan lebih sulit bila letak hurufnya berjauhan, seperti pada "plorebm".
4. Kata-kata yang tak beraturan di kutipan tersebut tidak membentuk kata baru, misalnya "calm" dan "clam", atau "trial" dan "trail".
5. Lebih mudah ditebak bila bunyi kata-kata dari kata yang salah mirip dengan vokalisasi kata yang benar, misalnya "order" menjadi "oredr" dan bukan berubah menjadi "odrer".
6. Isi teks harus dalam tingkat kesulitan yang masuk akal untuk ditebak. Posisi huruf ganda yang tetap berdekatan, juga lebih mudah untuk diartikan, misalnya "aoccdrnig" dan "mttaer" daripada "adcinorcg" dan "metatr".
Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan tinggi pendek sebuah kata atau sering disebut bentuk sebuah kata juga memiliki pengaruh. Bukti itu menjelaskan mengapa sebuah teks dengan perubahan huruf besar dan kecil akan sangat sulit dibaca, meskipun semua huruf ditulis dengan benar.
Jadi, bisa dibilang bahwa ada beberapa proses kognitif menarik yang terjadi di otak kita saat menggunakan kemampuan prediksi dan melihat bentuk kata. Hal ini tidak semudah yang dijelaskan dalam kutipan di atas.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisa Membaca Tulisan "Typo" adalah Bukti Kehebatan Otak Kita", https://sains.kompas.com/read/2018/04/05/193700723/bisa-membaca-tulisan-typo-adalah-bukti-kehebatan-otak-kita.
Penulis : Michael Hangga Wismabrata
Editor : Shierine Wangsa Wibawa
Sumber : Science Alert
Baca Juga :