Desa Eksotis di Indonesia
Indonesia adalah tempat yang tepat untuk mereka yang suka melancong, tak hanya wisata alam tapi juga kekayaan budayanya. Kampung-kampung eksotis di Indonesia adalah tempat di mana kamu bisa menemukan kombinasi sempurna antara budaya, alam, dan seni.
Memang dampak virus Corona membuat kita tidak bisa pergi wisata. Tapi tidak ada salahnya kamu melihat-lihat tempat mana saja yang akan kita kunjungi. Salah satunya kampung eksotis di bawah ini:
1. Madobak, Mentawai
Desa Wisata Adat Madobak yang terletak di Kepulauan Mentawai, Kecamatan Siberut Selatan, Provinsi Sumatera Barat ini terbilang menjadi desa yang masih kental dengan adat dan tradisional budayanya.
Keindahan tradisional adat di Desa Madobak ini semakin indah, karena letak desa yang berada di hulu sungai Siberut Selatan, berdekatan dengan desa-desa lain seperti Ugai dan Matotonan yang juga menjaga keunikan tradisional adatnya.
Desa ini masih sangat asri karena dihuni oleh komunitas masyarakat yang masih memegang tradisi adat Mentawai yang kuat. Di desa ini juga memiliki air terjun yang sangat terkenal "Kulu Kubuk" yang yang dingin.
2. Kampung Baduy, Jawa Barat
Suku Baduy merupakan suku yang hidup secara terisolir dari dunia luar. Mereka hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Alam yang masih alami dan budaya yang ditawarkan oleh kampung suku Baduy menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi daerah ini. Kampung Wisata Suku Baduy terletak di Desa Cibeo Kabupaten Lebak. Sekitar 40 Km dari Rangkasbitung.
Baduy sendiri berasal dari kata Badawi atau Bedoin yang diberikan oleh seorang peneliti Belanda. Namun, karena aksen warga setempat, kata tersebut pada akhirnya bergeser menjadi kata Baduy. Keberadaan mereka bisa dikatakan masih terisolasi dari masyarakat modern, tapi meskipun demikian mereka tidak menutup ruang untuk dapat dikunjungi oleh masyarakat moderen, sehingga berkunjung ke komunitas suku baduy pedalaman dijadikan salah satu objek wisata sekaligus penelitian sejarawan di daerah provinsi Banten.
Jika mengunjungi kampung tersebut kita akan melihat rumah tradisonal disebut rumah panggung. Rumah-rumah itu harus menghadap ke selatan sesuai dengan kepercayaan mereka. Orang Baduy memakai baju putih dan ikat kepala sehari-hari. Tiap orang yang mengunjungi kampung ini harus mematuhi aturan dan larangan. Kamu akan ditemani pemandu lokal untuk memastikan pengunjung mematuhi aturan.
3. Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur
Wae Rebo adalah sebuah kampung tradisional yang terletak di dusun terpencil tepatnya di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terkenal dengan sebutan kampung di atas awan, Wae Rebo terletak di ketinggian 1000 mdpl dikelilingi oleh perbukitan yang sangatlah asri.
Rumah adat Mbaru Niang di Desa Wae Rebo dianggap sangat langka dan berlokasi jauh di atas pegunungan. Memiliki bentuk yang cukup unik, yaitu seperti lumbung kerucut dan hanya berjumlah tujuh buah saja. Mbaru Niang terdiri dari lima lantai dengan atap daun lontar dan ditutupi oleh ijuk.
Karena lokasinya yang berada pada ketinggian ini pula, untuk mencapai Desa Wae Rebo ini pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 6 km dari Desa Dintor ke Desa Denge dengan menggunakan motor. Perjalanan dari Denge menuju Wae Rebo, kira-kira memakan waktu pendakian selama 3 jam dengan menyusuri daerah terpencil yang dikelilingi hutan lebat yang belum terjamah, menyebrangi sungai serta melintasi bibir jurang.
4. Bawomataluo, Sumatera Utara
Bawomataluo adalah salah satu desa di Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Belakangan desa tersebut lebih dikenal dengan sebutan "Matahari Terbit". Istilah matahari terbit itu disematkan karena desa yang terdiri dari sembilan dusun itu berada di sebuah bukit, tepatnya pada ketinggian 324 meter dari permukaan laut.
Sebelum mencapai kampung ini, kamu harus mendaki puluhan tangga batu. Kampung Bawomataluo menawarkan indahnya omo hada, rumah tradisional yang dibangun tanpa paku. Hal menarik lain dari Bawomataluo adalah hombo batu, tradisi di mana anak muda harus melompati batu setinggi lebih dari 2 meter sebagai lambang kedewasaan.
5. Ammatoa, Sulawesi Selatan
Ammatoa terletak di Kabupaten Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Masyarakat yang tinggal di kawasan Kajang Dalam, masih memegang teguh kepada adat Ammatoa. Kehidupan di desa ini sangat sederhana. Masyarakat suku Kajang sangat jauh dari kehidupan modern dan menolak sesuatu yang berhubungan dengan teknologi. Salah satu yang menjadi contoh adalah listrik dan telepon seluler. Bagi mereka, hal-hal yang berbau teknologi akan merusak kelestarian alam. Hidup mereka juga sangat bergantung pada hasil kebun dan sawah.
Rumah tradisional berbentuk rumah panggung dan tidak jauh berbeda dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Atap yang digunakan bernama Anjong yang merupakan warisan dari Kerajaan Gowa. Rumah yang dibangun juga harus menghadap ke barat karena mereka percaya hal ini mampu membawa berkah. Pada pekarangan rumah, rata-rata mereka memelihara hewan peliharaan seperti ayam, sapi, atau kuda.
Baca Juga :