Efek Samping Dari Konsumsi Protein Berlebihan untuk Diet
Diet tinggi protein dan rendah karbohidrat merupakan cara yang disarankan pakar gizi untuk penurunan berat badan. Konsumsi protein juga bisa membantu pembentukan otot saat olahraga.
Para atlet pun mengandalkan makanan tinggi protein sebagai cadangan energi yang lebih sehat ketimbang karbohidrat. Namun perlu diingat, konsumsi protein berlebihan juga bisa membahayakan tubuh.
Protein memang sangat penting dalam diet terutama bagi mereka yang olahraga secara rutin. Sebab protein butuh waktu lama untuk dicerna tubuh sehingga perut terasa kenyang lebih lama.
Tapi dengan maraknya tren kesehatan untuk memperbanyak protein dari makanan alami maupun suplemen tambahan seperti bubuk protein atau protein bar, makronutrien yang seharusnya menyehatkan tubuh ini, justru bisa menimbulkan efek negatif. Pakar nutrisi Dr Frederica Amati, PhD, mengatakan seseorang mungkin saja mengonsumsi protein lebih dari yang dibutuhkan.
Efek Samping Terlalu Banyak Protein
Nutrisi apa pun, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih, bakal menimbulkan sejumlah risiko atau efek samping. Berikut beberapa hal yang bisa terjadi akibat terlalu banyak konsumsi protein, melansir Healthline.
1. Penambahan Berat Badan
Bahaya kelebihan protein yang pertama dapat memicu penambahan berat badan. Diet tinggi protein diketahui dapat mempromosikan penurunan berat badan, tetapi jenis penurunan berat badan model ini mungkin hanya bertahan dalam jangka pendek.
Kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino dikeluarkan dari tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penambahan berat badan seiring waktu, terutama jika Anda mengonsumsi terlalu banyak kalori saat mencoba meningkatkan asupan protein.
Sebuah studi yang dipublikasikan di clinicalnutritionjournal.com menemukan bahwa penambahan berat badan secara signifikan dikaitkan dengan diet di mana protein menggantikan karbohidrat, tetapi tidak saat protein menggantikan lemak.
2. Bau Mulut
Bahaya kelebihan protein yang kedua dapat menyebabkan bau mulut atau napas tak sedap. Mengonsumsi protein dalam jumlah besar dapat menyebabkan bau mulut, terutama jika Anda membatasi asupan karbohidrat.
Penelitian mendapati bahwa hal ini dapat terjadi karena sebagian tubuh memasuki keadaan metabolisme yang disebut ketosis, yang menghasilkan bahan kimia yang mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Menyikat dan membersihkan gigi dengan benang tidak akan menghilangkan baunya. Anda perlu menggandakan asupan air, menyikat gigi lebih sering, dan mengunyah permen karet untuk mengatasi efek ini.
3. Sembelit
Bahaya kelebihan protein yang ketiga dapat menyebabkan sembelit. Diet tinggi protein yang membatasi karbohidrat biasanya rendah serat. Meningkatkan asupan air dan serat dapat membantu mencegah sembelit.
4. Diare
Bahaya kelebihan protein yang keempat dapat menyebabkan diare. Mengonsumsi terlalu banyak produk olahan susu, ditambah dengan kekurangan serat, bisa menyebabkan diare. Hal ini terutama akan terjadi jika Anda tidak toleran terhadap laktosa atau mengonsumsi sumber protein seperti daging goreng, ikan, dan unggas.
Konsumsilah protein yang menyehatkan jantung. Untuk menghindari diare, perbanyak minum air putih, hindari minuman berkafein, batasi makanan yang digoreng dan konsumsi lemak berlebih, serta tingkatkan asupan serat.
5. Dehidrasi
Bahaya kelebihan protein yang kelima dapat menyebabkan dehidrasi. Tubuh membuang kelebihan nitrogen dengan cairan dan air. Hal ini bisa membuat Anda mengalami dehidrasi, meskipun Anda mungkin tidak merasa lebih haus dari biasanya.
Sebuah studi yang melibatkan atlet menemukan bahwa saat asupan protein meningkat, tingkat hidrasi menurun. Namun, studi lain menyimpulkan bahwa mengonsumsi lebih banyak protein berdampak minimal pada hidrasi.
Risiko atau efek ini dapat diminimalkan dengan meningkatkan asupan air, terutama jika Anda adalah orang yang aktif. Namun terlepas dari konsumsi protein, penting untuk selalu minum banyak air sepanjang hari.
6. Picu Kerusakan Ginjal
Bahaya kelebihan protein yang keenam dapat memicu kerusakan ginjal. Meskipun belum ada penelitian besar yang menghubungkan asupan protein tinggi dengan kerusakan ginjal pada individu yang sehat, kelebihan protein dapat menyebabkan kerusakan pada orang dengan penyakit ginjal yang sudah diderita sebelumnya.
Hal ini karena kelebihan nitrogen yang ditemukan dalam asam amino penyusun protein. Ginjal yang rusak harus bekerja lebih keras untuk membuang nitrogen ekstra dan produk limbah metabolisme protein. Secara terpisah, sebuah studi oleg Clinical Journal of the American Society of Nephrology mengamati efek diet rendah karbohidrat tinggi protein versus diet rendah lemak pada ginjal.
Studi tersebut menemukan bahwa pada orang dewasa obesitas yang sehat, diet rendah karbohidrat tinggi protein selama dua tahun tidak terkait dengan efek berbahaya yang nyata pada filtrasi ginjal, albuminuria, atau keseimbangan cairan dan elektrolit dibandingkan dengan diet rendah lemak.
7. Tingkatkan Risiko Kanker
Bahaya kelebihan protein yang ketujuh dapat meningkatkan risiko penyakit kanker. Sebuah studi yang diterbitkan JAMA Network oleh American Medical Association telah menunjukkan bahwa diet tinggi protein berbasis daging merah memiliki keterkaitan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker.
Mengonsumsi banyak daging merah atau daging olahan dikaitkan dengan kanker kolorektal, payudara, dan prostat. Sebaliknya, mengonsumsi protein dari sumber lain telah dikaitkan dengan penurunan risiko kanker. Para ilmuwan percaya hal ini bisa jadi sebagian karena hormon, senyawa karsinogenik, dan lemak yang ditemukan dalam daging.
8. Picu Penyakit Jantung
Bahaya kelebihan protein yang selanjutnya dapat memicu penyakit jantung. Mengonsumsi banyak daging merah dan makanan olahan susu berlemak sebagai bagian dari diet tinggi protein dapat menyebabkan penyakit jantung. Hal ini terkait dengan asupan lemak jenuh dan kolesterol yang lebih tinggi.
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journals of American Heart Association, makan daging merah dalam jumlah besar dan produk susu tinggi lemak terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita. Makan unggas, ikan, dan kacang-kacangan menurunkan risikonya.
Sebuah studi tahun 2018 yang dipublikasikan oleh European Heart Journal juga menunjukkan bahwa konsumsi daging merah dalam jangka panjang dapat meningkatkan trimethylamine N-oxide (TMAO), bahan kimia yang dihasilkan usus yang terkait dengan penyakit jantung. Temuan juga menunjukkan bahwa mengurangi atau menghilangkan pola makan daging merah membalikkan efeknya.
9. Kehilangan Kalsium
Bahaya kelebihan protein yang terakhir dapat memicu kehilangan kalsium. Pola makan yang tinggi protein dan daging dapat menyebabkan hilangnya kalsium. Hal ini terkadang juga dikaitkan dengan osteoporosis dan kesehatan tulang yang buruk.
Baca Juga :