Hari Pers Nasional 2023 : Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat
Hari ini Indonesia memperingati Hari Pers Nasional ke 28. Hari Pers Nasional juga bertepatan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI.
Peringatan Hari Pers Nasional tahun 2023 ini dipusatkan di Medan, Sumatera Utara. Melansir laman Pusat Informasi Hari Pers Nasional 2023, disebutkan bahwa kegiatan Hari Pers Nasional akan diisi dengan berbagai kegiatan, seperti workshop, seminar, dan berbagai acara dialog.
Lahirnya Pers Nasional
Kelahiran pers di Indonesia tidak datang begitu saja. kelahirannya telah melalui perjalanan yang panjang.
Keinginan menerbitkan surat kabar di Hindia Belanda saat itu sebenarnya sudah sangat lama, tetapi selalu dihambat oleh pemerintah VOC. Baru setelah Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff menjabat, terbitlah surat kabar "Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen" yang artinya "Berita dan Penalaran Politik Batavia" pada 7 Agustus 1744.
Ketika Inggris menguasai wilayah Hindia Timur pada 1811, terbit surat kabar berbahasa Inggris "Java Government Gazzete" pada 1812. "Bataviasche Courant" kemudian diganti menjadi "Javasche Courant" yang terbit tiga kali seminggu pada 1829 yang memuat pengumuman-pengumuman resmi, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemerintah.
Pada 1851, "De Locomotief" terbit di Semarang. Surat kabar ini memiliki semangat kritis terhadap pemerintahan kolonial dan pengaruh yang cukup besar. Abad ke-19, untuk menandingi surat kabar-surat kabar berbahasa Belanda, muncul surat kabar berbahasa Melayu dan Jawa meskipun para redakturnya masih orang-orang Belanda, seperti "Bintang Timoer" (Surabaya, 1850), "Bromartani" (Surakarta, 1855), "Bianglala" (Batavia, 1867), dan "Berita Betawie" (Batavia, 1874).
Pada 1907, terbit "Medan Prijaji" di Bandung yang dianggap sebagai pelopor pers nasional karena diterbitkan oleh pengusaha pribumi untuk pertama kali, yaitu Tirto Adhi Soerjo. Ketika Jepang berhasil menaklukkan Belanda dan akhirnya menduduki Indonesia pada 1942, kebijakan pers turut berubah. Semua penerbit yang berasal dari Belanda dan China dilarang beroperasi. Sebagai gantinya penguasa militer Jepang lalu menerbitkan sejumlah surat kabar sendiri.
Saat itu terdapat lima surat kabar yaitu Jawa Shinbun yang terbit di Jawa, Boernoe Shinbun di Kalimantan, Celebes Shinbun di Sulawesi, Sumatra Shinbun di Sumatra dan Ceram Shinbun di Seram. Kehidupan pada 1950-1960-an ditandai oleh munculnya kekuatan-kekuatan politik dari golongan nasionalis, agama, komunis dan tentara.
Pada masa ini sejumlah tonggak sejarah pers Indonesia juga lahir, seperti LKBN Antara pada 13 Desember 1937, RRI pada 11 september 1945, dan organisasi PWI pada 1946 yang kemudian menjadi cikal bakal Hari Pers Nasional. Lahir pula TVRI, stasiun televisi pemerintah pada 1962.
September hingga akhir 1945, pers nasional semakin kuat ditandai dengan penerbitan "Soeara Merdeka" di Bandung dan "Berita Indonesia" di Jakarta, serta beberapa surat kabar lain, seperti "Merdeka", "Independent", "Indonesian News Bulletin", "Warta Indonesia", dan "The Voice of Free Indonesia".
Sejarah Hari Pers Nasional
Seperti dilansir dari Kompas.com (8/2/2023), PWI mengadakan Kongres ke-16 pada 1978 di Padang, Sumatra Barat. Dalam pertemuan ini, muncul usulan untuk menetapkan 9 Februari sebagai hari lahir PWI sekaligus peringatan Hari Pers Nasional (HPN). Usulan tersebut mulanya tidak disetujui Presiden Soeharto. Meski begitu, Hari Pers Nasional tetap coba diperingati saat ulang tahun PWI ke-35 pada 1981.
Perayaan ke 35 tersebut terlaksana di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam sidang ke-21 Dewan Pers di Bandung, Jawa Barat pada 19 Februari 1981, organisasi pers nasional itu menerima usulan penetapan 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional dan akan mengajukannya ke pemerintah. Memerlukan waktu 7 tahun hingga Presiden Soeharto menyetujui penetapan 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional. Penetapan Hari Pers Nasional diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1985.
Berdasarkan Keppres Nomor 5 Tahun 1985, tujuan Hari Pers Nasional dibuat, yaitu:
- Mengembangkan kehidupan pers nasional Indonesia sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila.
- Mengingat sejarah dan peranan penting pers di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan pengamalan Pancasila.
Setelah Hari Pers Nasional ditetapkan, sempat muncul penolakan dari organisasi pers lainnya. Hal ini terjadi karena hari lahir PWI yang digunakan sebagai perayaan pers nasional. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) sempat mengusulkan Hari Pers Nasional ganti diperingati setiap 23 September.
Tanggal 23 September dipilih untuk mengenang kebangkitan pers nasional yang terwujud dengan pengesahan UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Namun, sejumlah perwakilan PWI daerah menolak perubahan tersebut. Akhirnya, Hari Pers Nasional tetap diperingati setiap 9 Februari.
Tema dan Logo Hari Pers Nasional 2023
Tahun 2023, Hari Pers Nasional mengambil tema "Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat". Sedangkan, logo Hari Pers Nasional 2023 berupa pita yang memiliki warna merah pada huruf H dan N. Kemudian, huruf P yang berada di bagian tengah berwarna-warni dan beratut dengan huruf H dan N.
-
Huruf (P) yang berwarna-warni dimaknai sebagai keragaman komponen pers, sekaligus menegaskan kemeriahan peserta.
-
Untaian pita yang membentuk HPN dimaksudkan sebagai lambang pesta raya masyarakat pers, sedangkan jalinan pita dimaknakan sebagai sinergi antar komponennya.
Sementara itu untuk maskot Hari Pers Nasional 2023 adalah harimau yang mengenakan baru oholu dan memegang pena merah, serta berkalung kamera.
-
Baru oholu merupakan pakaian adat dari Nias yang melambangkan kekuatan, keberanian, dan kapabilitas para prajurit yang harus menjiwai pers nasional.
-
Harimau sebagai fauna khas Sumatera yang dilindungi.
-
Pena merah sebagai simbol kerja-kerja pers di tanah air dalam meningkatkan kompetensi.
-
Kamera sebagai salah satu alat jurnalistik yang menggambarkan teknologi dalam jurnalistik.
Baca Juga :