Info Haji : Menelusuri Sejarah Masjidil Haram di Museum Al Haramain
Mengisi waktu kosong sembari menunggu jadwal kepulangan ke Tanah Air, atau menanti jadwal ke Madinah bagi jemaah gelombang kedua, tidak ada salahnya jika jemaah haji memanfaatkan waktunya berkunjung ke sebuah museum dua Masjid Kota Suci, Mekah dan Madinah, atau Haramain.
Museum ini berada di wilayah Al Hamra and Umm Al Jud, Mekah, letaknya persis di pinggir jalan lama menuju Jeddah melalui Hudaibiyah. Dibuka gratis setiap hari dari mulai pukul 08.00-22.00 waktu Arab Saudi.
Di museum ini terpajang sejumlah benda-benda bersejarah tentang Ka'bah dan Masjid Nabawi di masa lalu, berikut dengan penjelasan jenisnya dan periode penggunaannya. Di bagian awal museum ini menampilkan sebuah minatur atau maket Masjidil Haram.
Miniatur ini menjelaskan tentang komplek Masjidil Haram secara keseluruhan, yang kini tengah dilakukan perluasan di sebelah utara, yakni dengan membangun Masjid Abdullah. Di sekelilingnya, terdapat foto-foto Ka'bah dan Masjidil Haram dari masa ke masa
Jemaah seolah diajak menggunakan mesin waktu merasakan suasana Ka'bah di masa lampau. Jika dibandingkan saat ini, tentu perkembangannya sudah sangat jauh berbeda. Meskipun banyak yang telah berubah, bentuk Ka'bah tetap dijaga seperti aslinya.
Masuk ke ruang tengah. Ada bekas tangga mimbar Ka'bah yang digunakan pada sekitar tahun 1240 Hijriah/1834 Masehi. Tangganya terbuat dari kayu yang sangat solid dengan ukiran ornamen keemasan. Sekilas, ukiran di tangga Ka'bah pada masa itu mirip dengan ukiran ornamen kerajaan Nusantara di masa lalu.
Tangga Ka'bah kuno ini tentu menjadi spot menarik jemaah untuk berswafoto. Jemaah hanya diizinkan mengambil foto dari bawah, dan dilarang naik ke atas tangga kayu yang usianya 2 abad lebih ini.
Di bagian tengah juga terdapat kayu pasak yang digunakan di dalam Ka'bah, pintu masuk Ka'bah, penutup hajar aswad, mizab atau talang emas Ka'bah, kain kiswah dan tulisan Arab yang menempel di kiswah beserta alat tenun kiswah Ka'bah.
Yang menarik perhatian jemaah adalah replika dari Mushaf Utsmani, yakni mushaf Alquran yang pertama kali dibakukan penulisannya pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA pada tahun 25H/646M. Yang menjadi ciri dari mushaf Utsmani adalah khat (tulisan kaligrafi) yang dipakai tanpa tanda titik dan harakah.
Kemudian, yang tak kalah ramai pengunjung adalah replika sumur Zamzam. Museum Haramain ini sengaja membuat replika sumur, untuk meletakan casing atau dinding penutup sumur Zamzam yang digunakan pada abad ke 14 (1229H/1881M). Dinding penutup, kereta timba sumur serta ember yang digunakan masa itu terbuat dari kuningan.
Di bagian depan sumur, terdapat diorama sumur Zamzam. Yang menjelaskan dengan detil kedalaman sumur Zamzam, struktur tanah di dalamnya, sampai letak mata air suci yang hingga kini airnya dinikmati jutaan peziarah kota suci Mekah dan Madinah.
Selain benda-benda bersejarah di Masjidil Haram, museum yang berada di wilayah barat Kota Mekah ini, juga menyimpan benda-benda bersejarah dari Masjid Nabawi, dan desain arsitektur Masjid Nabawi beserta koleksi foto.
Seorang jemaah asal Banten, Otong Sudrajat mengaku sangat senang berada di museum ini. Selain bisa mengenal lebih dekat sejarah Ka'bah, Ia juga bisa melihat langsung benda-benda bersejarah yang pernah digunakan Ka'bah, seperti pintu, kain kiswah, talang emas Ka'bah (Mizab) serta cara menenun kiswah.
"Alhamdulillah kami dibawa pimpinan kami (KBIH) ke museum ini agar kami bisa lebih yakin lagi Baitullah itu seperti apa. Ini sekalian mau umrah juga ambil miqotnya di Hudaibiyah," ujar Otong kepada MCH, Jumat, 23 Agustus 2019.
Artikel asli : https://www.viva.co.id/haji/ziarah-haji/1176517-masjid-hudaibiyah-tempat-miqat-sarat-kisah-perjuangan-islam?medium=autonext
Baca Juga :