Mengapa Tulisan Dokter Tidak Bisa Dibaca Orang Umum?
Sudah bukan jadi rahasia lagi jika tulisan dokter mayoritas bisa dibilang jelek kadang tidak bisa dibaca oleh orang biasa. Kususnya ketika memberikan resep obat kepada pasien yang baru saja menjalani pemeriksaan. Benarkah memang sengaja ditulis sedemikian rupa sehingga hanya apoteker yang bisa memahaminya?
Meskipun sulit dibaca, tertanya tulisan dokter masih bisa dibaca atau dipahami oleh apoteker. Jika apoteker merasa kurang jelas atau tidak yakin, biasanya mereka akan melakukan konfirmasi ulang kepada dokter.
Misalnya kode QD adalah kependekan dari frasa Latin yang berarti "satu hari" dan TID yang merupakan singkatan dari three times a day (tiga kali sehari). Kode tersebut sudah dipahami oleh apoteker. Dan memang pasien atau masyarakat umum tidak harus tahu apa maksud tulisan itu.
Padahal tulisan dokter baik berupa resep, catatan kondisi pasien, dan sebagainya adalah dianggap dokumen penting. Apalagi hal itu sebagai rekam medis para pasiennya sekaligus sebagai bukti atas apa yang ia kerjakan terhadap pasiennya.
Mungkin ada banyak alasan mengapa seorang dokter memiliki tulisan tangan yang buruk. Kebanyakan tulisan tangan dokter sulit dibaca karena kebiasaan menuliskan banyak informasi dengan sangat cepat ketika mereka masih kuliah kedokteran. Mereka harus mencatat dalam jumlah besar. Saat belajar untuk ujian mereka, mereka banyak berlatih menulis untuk meningkatkan kecepatan mereka. Itu adalah salah satu alasan mengapa mereka mengambil kebiasaan menulis tulisan tangan yang ceroboh.
Dokter harus menulis surat panjang dan artikel setiap hari berdasarkan penelitian dan pekerjaan yang mereka lakukan. Selain itu, mereka memiliki banyak pasien yang harus mereka tangani setiap hari. Akibatnya, mereka tidak memiliki banyak waktu luang untuk didedikasikan untuk menulis secara jelas bagi orang lain. Jika seorang dokter tidak dapat merawat pasiennya tepat waktu, itu dapat mengacaukan seluruh jadwal mereka.
Baca Juga :