Menjadi Saksi Perjalanan Waktu Dubai, Kota Ultramodern yang Terus Berkembang!
JATENGLIVE.COM - Dilansir dari Nationalgeographic.co.id - “Krak…Krak..!” suara stempel menghunjam halaman baru paspor saya di gerai imigrasi bandara Dubai International. Ekspresi petugas imigrasi tampak datar, tidak berbeda dengan petugas imigrasi di beberapa bandara lain.
Profesi strategis seperti petugas imigrasi ini hanya diperbolehkan bagi warga asli saja. Berbicara mengenai warga asli, kota ultramodern ini sendiri hanya ditinggali oleh 17 persen warga asli, dan sisanya adalah warga negara lain.
Udara dingin seketika membekap wajah, saat saya melangkahkan kaki melintasi pintu keluar bandara. Pada awal tahun, seperti saat ini, Timur Tengah memang tengah memasuki musim dingin. Inilah musim yang ideal bagi para wisatawan dari luar untuk menjelajahi Dubai
Bus yang saya tumpangi mulai meliuk di antara gedung-gedung pencakar langit yang tampak terang dengan berbagai cahayanya. Gemerlap malam kala lepas tengah malam seakan menunjukkan seakan kota ini tidak pernah tertidur.
Pemandangan ini membawa saya pada tahun 1970-an, ketika daerah ini masih berupa gurun tandus dengan suhu yang mencapai 50 derajat celcius. Hanya sedikit orang yang tertarik datang. Namun saat ini, 40 tahun kemudian, Dubai menjelma menjadi pusat perdagangan dan kota turis.
Dubai pun dinobatkan sebagai kota di Timur Tengah yang sukses melewati ekonomi era minyak.
Didi Kaspi Kasim/National Geographic Indonesia
Dubai dari ketinggian 422 meter, difoto dengan fitur night mode Oppo R17 Pro.
Bagi kaum muda, Dubai adalah model yang ideal bagi kawasan Timur Tengah. Bagaimana tidak, di sini masyarakat Islam hidup penuh toleransi, serta kenetralan dalam berpolitik
Perjalanan waktu dan pembangunan
Didi Kaspi Kasim/National Geographic Indonesia
Pasar rempah di kota lama, difoto menggunakan Oppo R17 Pro.
Gemerlap emas yang melapisi dinding Dubai frame museum, menjadi simbol transisi Dubai lama dan Dubai baru. Kota ultramodern ini menjelma menjadi penghubung bagi bisnis dan pariwisata dunia. Peleburan budaya pun tak terhindarkan, menciptakan rasa unik yang ditawarkan kota ini.
Saya berjalan kaki memasuki pasar rempah di kota lama. Rasanya seperti berada dalam labirin yang tersusun dari bangunan-bangunan tua kota. Dalam labirin ini, saya berjalan seakan dalam zona waktu yang berbeda.
Sesaat, saya berada di kota dengan gemerlap lampu. Beberapa saat kemudian, saya memasuki kawasan pasar yang bertolak belakang dengan dunia modern.Tanpa perlu pendongeng, kota ini menunjukkan bukti perjalanan waktu yang dialami oleh dubai.
Didi Kaspi Kasim/National Geographic Indonesia
Masyarakat dunia di dalam Dubai. Difoto dengan Oppo R17 Pro.
Hari ini sekitar 92 persen penduduk Dubai adalah pekerja asing. Mereka hadir sejak awal proses geliat perubahan wajah Dubai. Bagi para pendatang, hukum izin tinggal yang ketat di jazirah Arab ini membuat Dubai tidak bisa menjadi tempat tinggal permanen mereka. Mereka hanya menetap untuk sementara.
Dengan arus keluar masuk manusia yang terjadi di Dubai, tidak heran jika kota ini mengalami "jahitan budaya" yang tidak pernah berhenti. Benang budaya tak henti-hentinya melebur mewarnai Dubai.
Sambil menikmati panna cotta dari ketinggian 422 meter di atas permukaan tanah (lantai 122) Burj Khalifa, saya bisa memandang ladang cahaya bak lukisan di bawah sana. Badan dan pikiran berusaha beradaptasi setelah siang tadi menelusuri hamparan gurun menikmati Dune Bashing—menjelajahi gurun dengan kendaraan berpenggerak empat roda yang dimodifikasi khusus untuk area pasir gurun.
Didi Kaspi Kasim/National Geographic Indonesia
Makan malam di lantai 122, diambil dengan fitur Night Mode dalam Oppo R17 Pro.
Saya membayangkan cerita Ikram(salah satu sahabat saya) tentang Dubai masa depan. Rencananya, pada tahun 2020, kota ini secara resmi akan menerapkan taksi udara—entah akan seperti apa perubahan yang akan dialami Dubai.
Imajinasi seperti tak ada batasnya bagi belahan Bumi ini. Dubai banyak mempertimbangkan keseimbangan alam dan manusia sebagai bahan pembelajaran mereka. Baik dan buruk pasti ada di dalam kota ini, tapi satu hal yang pasti, Dubai berhasil mengembangkan hal yang baik dan memperbaiki hal yang buruk.
Penjelajahan saya sebagai warga dunia di Dubai membawa saya pada sebuah kesimpulan, mari bersiap untuk menyaksikan tontonan perubahan yang diberikan Dubai. Usaha mereka menjadi yang “ter” akan menjadi persepsi baru soal modern. Discover all that’s possible!
Penulis | : | Didi Kaspi Kasim |
Baca Juga :