Sate Bumbon Pegandon Kendal, Kaya Akan Rempah-Rempah
JATENGLIVE.COM, KENDAL - Sate ini tidak dibakar menggunakan kecap. Jahe, bawang putih, dan kemiri menjadi rempah yang paling dominan dipakai sebagai bumbu.
Selain ketiga bumbu tersebut, masih ada 30 bumbu rempah lainnya yang ikut ditumbuk sebagai campuran bumbu yang nantinya dipakai untuk menguleni daging. Itulah sate bumbon, khas Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal.
“Dari dulu Pegandon memang terkenal dengan sate bumbonnya. Awalnya didagangkan dengan cara pikulan. Warung ini sudah ada sejak tahun 1985. Pak Sarmadi, kakek saya turun-temurun mewariskan resep,” terang Adam, putra dari Rochmadi, anak pertama Sarmadi. Ditambahkan Adam, bumbu lain yang menjadi tambahan yakni kapulaga.
Adam mengungkapkan, perbedaan sate bumbon dengan sate pada umumnya terletak pada proses pembumbuannya.
Daging sapi, sebagai bahan mentah sate dilumuri bumbu dan gula merah sebelum akhirnya ditusuk untuk dibakar menjadi sate bumbon.
Daging sapi segar
Jika sate biasa, daging ditusuk baru dibakar lalu diberi bumbu kecap manis. Sate bumbon juga tidak memakai kecap sebagai bumbu saat dibakar.
Kecap justru diwadahi dalam botol lalu diletakkan di meja pembeli, agar pembeli menakar sendiri kecap sesuai keinginan.
Proses membuat sate bumbon dimulai dari memilih bagian daging sapi yang segar. Daging sapi tersebut diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan yang berlokasi tak jauh dari warung yang berlokasi di dekat lampu merah perempatan Pegandon. Bagian daging sapi yang digunakan yakni has dalam.
“Biar empuk tidak ambil bagian lain. Istilah Inggrisnya tenderloin. Kalau sate kambing atau sate biasa kan diambil dari bagian daging antara punggung. Atas tulang rusuk namanya tapak walang. Bawah tulang rusuk sebutannya lulur rambut,” kata Adam.
Setelah menentukan daging, selaput putih yang menyelubungi daging dikuliti dan dihilangkan.
Bumbu rempah yang telah ditumbuk halus yang telah berubah warna menjadi hijau lalu dicampurkan bersama daging yang dipotong mengikuti serat.
Proses pembakaran sate bumbon. Sate yang setengah matang dicelupkan ke dalam bumbu rempah agar menghasilkan rasa yang meresep hingga ke dalam daging.
Daging yang diiris membentuk jajargenjang ini kemudian diuleni serta ditambah dengan rajangan gula merah. Bentuk irisan ini membuat daging empuk.
Setelah sudah dirasa lengket di kulit, daging barulah ditusuk. Satu tusuk sate berisi tiga daging dan satu lemak. Untuk sepuluh kilogram daging, dipadankan dengan tiga kilogram gajih. Sate siap dibakar.
Sate yang masih setengah matang dicelupkan kembali ke dalam bumbu yang telah diencerkan dan diimbuhi dengan gula merah. Dua kali pembumbuan ini untuk membuat aroma dan cita rasa yang meresap ke daging.
Sate bumbon berwarna coklat karena penuh lumuran bumbu rempah
“Pakai arang batok kelapa dan arang kayu rambutan dari Gunung Pati. Kalau dibakar menggunakan arang sengon atau jati, nanti debu putih menempel ke daging. Bisa mengubah rasa,” kata Adam.
Setusuk sate bumbon ini dihargai Rp 3.800. Dituturkan Adam, sate bumbon ini merupakan langganan para PNS di wilayah Kendal. Walikota Semarang, Hendrar Prihadi juga menjadi konsumen warung ini.
Seniman Jamal Mirdad pun pernah menyambangi warung ini untuk mencicipi keempukan dan kelezatan bumbu rempah yang dikombinasikan dengan daging sapi.
Sumber: tribunjateng.com
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Sate Bumbon Kendal, Dagingnya Empuk dan Kaya Bumbu Rempah, Langganan Pejabat dan Artis.
Baca Juga :