Sri Mulyani : Saya nggak pernah juara kelas waktu SD
Sri Mulyani memiliki kisah hidup yang cukup menarik jauh sebelum dirinya menjadi menteri keuangan. Pertama soal masa sekolahnya. Dia mengungkapkan selama duduk di bangku sekolah dasar (SD) tidak pernah juara kelas. Berbeda dengan adik dan kakaknya yang selalu berprestasi.
"Kebetulan kakak-kakak saya sama adik saya itu pintar banget, di sekolah itu juara kelas. Saya nggak pernah juara kelas waktu SD," kata Sri Mulyani dalam webinar, Minggu (20/12/2020).
Namun bagi Sri Mulyani, hal itu tidak membuat dirinya menjadi kecil hati. Karena dia myakini jika setiap orang diciptakan berbeda. Sri Mulyani kecil pun menyadari jika dia berbeda dengan saudara - saudara kandungnya. Dia lebih senang untuk beraktivitas diluar ruangan. Contoh halnya dia bisa mengendarai motor padahal kakak - kakaknya belum bisa.
"Orangtua saya punya vespa saya pinjam terus saya belajar saja naik vespa, padahal badan saya masih kurus kecil, sama motornya itu lebih berat motornya dua kali lipat, tapi saya suka outdoor, saya suka kegiatan naik gunung, saya suka kemping waktu kecil. Kakak saya relatif mungkin nggak, lebih kutu buku barangkali kalau bisa dikatakan," paparnya.
Sri Mulyani sangat beruntung, karena dia mempunya orang tua yang sangat pengertian. Orang tuanya tidak pernah marah tetapi selalu memberi support dan motivasi ketika rapornya banyak nilai merahnya.
"Untung orangtua saya karena (profesinya) pendidik mengatakan 'ih nggak apa-apa rapor kamu ada merahnya satu, ini kayak perempuan pakai lipstik, cantik kok' katanya," tambah Sri Mulyani.
Dalam hal memilih jurusan di saat kuliah pun bendahara negara ini tidak sengaja memilih jurusan. Jurusan ekonomi yang salah dia ambil disaat kuliah ternyata yang membayanya menuju sukses.
"Waktu saya mahasiswa, semua kakak saya jurusannya IPA. Kalau sekarang disebutnya Sains. Jadi mereka menjadi dokter atau jadi insinyur kakak-kakak saya. Saya tiba-tiba ngambil (jurusan) ekonomi sendiri," kata Sri Mulyani. Hal inilah yang mumbuat sang ibu bingung dengan pilihannya.
"Saya pun juga nggak cukup tahu untuk menjelaskan ekonomi apa, tapi saya bilang pokoknya saya mau berbeda saja, saya nggak mau ngambil dokter, saya nggak pengin jadi insinyur, aku kepengin masuk jurusan yang sosial," jelasnya.
Dirinya meyakini ada alasan untuk selalu merasa bahwa setiap orang berbeda-beda. Yang penting kita harus tetap berpegang kepada keinginan atau cita-cita yang dipilih.
"Kadang-kadang mendapatkan ujiannya sih nggak selalu ujian yang hebat, ditanyain sama orangtua itu kan ujian juga, ditanyain sama sahabat kalian 'ngapain sih lu begitu' itu adalah ujian, ditanyain sama teman dekatnya tapi mereka nggak ngerti kalian, itu saja sudah merupakan ujian," ungkapnya.
Baca Juga :