Tidak Hanya Jokowi, Ini Tokoh Indonesia yang Dijadikan Nama Jalan di Luar Negeri
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menambah daftar deretan tokoh Indonesia yang dijadikan nama jalan di luar negeri. Joko Wododo Street resmi menjadi nama jalan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (19/10/2020). Selain Jokowi, ada setidaknya lima tokoh Indonesia lain yang diabadikan sebagai nama jalan. Kebanyakan dari mereka merupakan pahlawan nasional.
Nama pahlawan proklamator ini diabadikan di 2 negara sekaligus, yaitu Maroko dan Mesir. Di Rabat, Maroko, nama Jalan Soekarno ditulis dalam bahasa setempat sebagai Rue Soekarno. Jalan atau Rue Soekarno ini berada tepat di jantung kota.
Jalan Soekarno bersimpangan dengan jalan utama lainnya di Rabat, yakni Jalan Muhammad V, nama raja Maroko yang berkuasa pada awal kemerdekaan pada 19557-1961. Soekarno dihormati karena secara terbuka mendukung kemerdekaan Maroko pada Konferensi Asia Afrika di Bandung, 1955.
Setahun setelahnya, tepatnya 2 Maret 1956, Maroko merdeka dari Perancis.
Muhammad V, yang sebelumnya merupakan Sultan Maroko, menjadi raja pertama negara sahara di Afrika utara tersebut, yang dibatasi Selat Gibraltar dengan Spanyol, negara yang pernah menjajahnya sebelum Perancis.
Nama Mohammad Hatta juga diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Haarlem, Belanda. Di sana, terdapat papan jalan yang bertuliskan Mohammed Hatta Straat. Jalan tersebut berada di kawasan perumahan Zuiderpolder,Belanda. Bersama Soekarno, Hatta dikenal memainkan peran yang penting dalam kemerdekaan Indonesia. Berkat kontribusinya tersebut, nama Mohammad Hatta dipilih untuk diabadikan sebagai nama jalan di sana.
Nama pahlawan wanita dari Jepara, RA Kartini, diabadikan sebagai nama jalan di negeri kincir angin, Belanda.
Beberapa kota di Belanda, yaitu Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Haarlem, menamai jalannya dengan Kartini Straat (Jalan Kartini). Di Utrecht, Jalan Kartini terletak di kawasan permukiman kalangan menengah yang tenang dan bertata kota baik. Jalan Kartini di sana merupakan jalan utama yang lebih lebar dibanding jalan dengan nama tokoh perjuangan lainnya, seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, dan Agostinho Neto. Bentuknya menyerupai huruf U.
Adapun, Jalan Kartini di kota Venlo, Belanda selatan, berbentuk seperti huruf O di kawasan Hagerhof, dan berdekatan dengan nama jalan pahlawan wanita lainnya, seperti Anne Frank dan Mathilde Wibaut. Ibu kota Belanda, Amsterdam, juga mengabadikan nama pejuang emansipasi wanita itu sebagai nama jalan.
Di wilayah Amsterdam, Zuidoost atau yang dikenal dengan Bijlmer, terdapat jalan yang dinamai dengan nama lengkap Kartini, yakni Jalan Raden Adjeng Kartini. Jalan itu berdekatan dengan jalan bernama pahlawan wanita dunia, seperti Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, dan Isabella Richaards.
Nama Thomas Matulessy atau lebih dikenal sebagai Patimurra dijadikan nama jalan di Wierden, Belanda. Penamaan Pattimurastraat ini diusulkan komunitas Maluku yang sudah puluhan tahun menetap di Wierden. Di tahun 2011, namanya resmi tersemat sebagai cabang dari jalan Jan Jansweg.
Sama seperti Pattimura, nama pahlawan wanita asal Maluku ini dijadikan nama jalan di Wierden, Belanda. Penamaan jalan itu pun bersamaan dengan penamaan Pattimurastraat. Letak kedua jalan ini juga berdekatan.
Nama Munir Said Thalib diabadikan menjadi nama jalan setapak di lingkungan Marthin Luther King-Laan, dekat Salvador Allende Straat dalam kompleks perumahan Den Haag, Belanda. Penggunaan nama Munir ini dipilih untuk mengenang jasanya sebagai seorang pejuang Hak Asasi Manusia (HAM).
Di sana, tertera tulisan berikut: Munirpad. Munir Said Thalib 1965-2004, Indonesische voorvechter van de bescherming de rechten van de mens.
Arti dari tulisan tersebut adalah Munir Said Thalib 1965-2004, Pejuang Hak Asasi Manusia Indonesia.
Jalan setapak ini diresmikan pada 14 April 2015 dan dihadiri oleh Wali Kota Den Haag dan istri Munir, Suciawati Munir.
Tokoh Indonesia lain yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di luar negeri adalah Sutan Sjahrir. Sebagai informasi, Sutan Sjahrir merupakan perdana menteri Indonesia pertama yang menuntut ilmu di Universitas Amsterdam dan Universitas Leiden, Belanda.
Pada masanya, Sjahrir menjadi sosok terdepan dalam urusan diplomasi Indonesia dengan Belanda. Berkat kontribusinya, namanya diabadikan menjadi nama jalan di tiga kota Belanda, yaitu Leiden, Gouda, dan Haarlem.
Selanjutnya yakni Irawan Soejono atau yang dikenal sebagai Henk van de Bevrijding adalah seorang mahasiswa Indonesia yang diakui sebagai pahlawan bagi negara Belanda. Hal ini karena Irawan telah berjuang melawan keganasan Nazi, Jerman pada masa penjajahan di Belanda tahun 1940-1945.
Berkat perjuangannya inilah Irawan Soejono gugur ditembak pasukan Nazi di Leiden pada Januari 1945. Dengan gugurnya Irawan dalam melawan Nazi, Belanda membuatkan nama jalan sebagai bentuk penghormatan dengan nama Irawan Soejonostraat.
Baca Juga :