Anak Punya Teman Khayalan? Apa yang Seharusnya Orangtua Lakukan?
Memiliki teman imajiner dianggap sebagai bagian yang normal di permainan masa kecil dulu. Sebagian besar penelitian telah menunjukkan berulang kali bahwa kondisi ini biasanya merupakan bagian alami dari masa kanak-kanak bagi banyak anak.
Justru ada banyak manfaat dari memiliki teman imajiner atau khayalan ini. Beberapa manfaatnya adalah membangun kognisi sosial, lebih mudah bergaul, meningkatkan kreativitas, pemahaman emosional, dan strategi koping yang lebih baik.
Bagaimana Sebaiknya Orang Tua Menyikapi Anak yang memiliki Teman Khayalan?
Umumnya, keberadaan teman khayalan bukan merupakan tanda anak tidak berkembang secara normal. Bunda justru dapat memanfaatkan masa ini untuk mengajari Si Kecil tentang nilai-nilai tertentu.
Berikut ini adalah beberapa tips bagaimana seharusnya orang tua menyikapi anak yang memiliki teman khayalan:
1. Hargai pertemanan anak dengan teman khayalannya
Jika Si Kecil memberi tahu tentang teman khayalannya, Bunda sebaiknya menghargai dengan menunjukkan rasa ingin tahu terhadap temannya, sekaligus mempelajari lebih jauh tentang minat Si Kecil dan apa yang dilakukan oleh teman khayalannya.
2. Jangan biarkan teman khayalan menjadi alasannya
Ketika Si Kecil melibatkan teman khayalan dalam alasannya saat ia melakukan kesalahan, jangan marahi dia. Akan tetapi, katakan dengan jelas bahwa teman khayalannya tidak mungkin melakukan hal tersebut. Setelah itu, berikan ia konsekuensi yang sesuai dengan perbuatannya.
Misalnya, jika Si Kecil tiba-tiba menumpahkan isi stoples karena ceroboh dan ia menyalahkan teman khayalannya, hindari memarahinya seperti berkata, “Berhenti pura-pura nggak salah!” Mintalah ia untuk membersihkan isi stoples yang berantakan tadi dengan perkataan sopan.
3. Jangan menggunakan teman khayalan untuk memanipulasinya
Menghargai teman khayalan Si Kecil adalah hal yang penting. Namun, hindari menggunakan teman khayalannya untuk mencapai target yang Bunda inginkan untuknya.
Misalnya, hindari mengatakan, “Itu teman kamu suka makan wortel. Berarti kamu mau juga ya.” Di lubuk hatinya, Si Kecil tahu bahwa teman khayalannya tidaklah nyata. Jadi, akan aneh baginya jika Bunda memperlakukan temannya dengan serius.
4. Tidak perlu terlibat dalam hubungan anak dengan teman khayalan
Meski sudah menyatakan bahwa Bunda memercayai keberadaan teman khayalan Si Kecil, Bunda tidak perlu sampai bersikap berlebihan dengan ikut mengajak ngobrol teman khayalannya.
Jika Si Kecil meminta Bunda untuk berbicara dengan temannya, katakan saja bahwa Bunda lebih ingin mendengar pendapat Si Kecil.
Hal tersebut penting, Bun, karena hubungan anak dan teman khayalannya cenderung akan bertahan lebih lama jika orang tua juga terlibat di dalamnya, dan itu tidak baik bagi perkembangan psikologis anak.
Pada dasarnya, orang tua tidak perlu khawatir dan berusaha untuk tetap tenang saat mengetahui anak memiliki teman khayalan. Anak yang punya atau pernah punya teman khayalan umumnya tumbuh menjadi anak yang gembira, kreatif, mudah bekerja sama dan bersosialisasi, serta mandiri.
Setelah usia 7 tahun, teman khayalan biasanya mulai hilang seiring dengan kesibukan anak di sekolah dasar. Namun, jika teman khayalan Si Kecil bertahan lebih lama atau dianggap mengkhawatirkan, Bunda dapat membawa Si Kecil untuk berkonsultasi dengan psikolog guna mendapat penanganan yang tepat.
Catatan Buat Orangtua
Sering kali, teman khayalan tidak berbahaya dan ini adalah normal. Namun, jika orangtua merasa anak mengalami sesuatu yang lebih dari sekadar teman khayalan, segera temui dokter untuk memeriksakan kondisi anak.
Kapan saja perilaku dan suasana hati anak berubah secara dramatis atau mulai membuatmu khawatir, hubungi dokter anak, atau profesional kesehatan mental. Jika teman khayalan anak menjadi menakutkan, agresif, atau menakutkan bagi anak, evaluasikan kondisi dan riwayat pertemanan anak dengan teman khayalan dengan profesional kesehatan mental.
Baca Juga :