Bolang Baling Peterongan Jajanan Legendaris Dari Semarang
Jajanan tradisional bolang-baling mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Kota Semarang. Roti yang proses pemasakannya dengan cara digoreng ini masih bisa dijumpai di kota Atlas.
"Bolang-Baling Peterongan" milik Widyo Subodo (70) yang beralamatkan di jalan Wonodri Krajan III Semarang adalah salah satu kuliner legendaris di Kota Semarang.
"Bolang-baling peterongan ini memang sudah sangat lama. Selama itu saya bisa menguliahkan anak cucu," ungkapnya.
Widyo mengisahkan, usaha yang membuatnya bisa menguliahkan anak cucunya ini dirintis sejak tahun 1973. Ia mengaku mendapat resep bolang-baling tersebut dari seorang pengayuh becak.
Saat itu, kata dia, dirinya membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup. Ia yang kebetulan sedang naik becak, menceritakan keluh kesahnya kepada pengayuh becak itu.
"Saya kemudian diberi saran, 'Mbok ya kamu bikin bolang-baling.' Saya pikir waktu itu, 'apakah bisa untuk menyambung hidup?' Saya meremehkan," Widyo menceritakan.
Kemudia Widyo mencoba untuk membuat bolang-baling. Ia memanggil pengayuh becak itu ke rumahnya untuk mengajarinya membuat bolang-baling. Pada tahun itulah ia membuka usaha bolang-baling menggunakan gerobak.
Di luar dugaan, kata dia, bolang-baling miliknya laris.
"Yang awalnya saya remehkan, ternyata orang kerja apa pun tidak akan bisa melebihi. Penjual saat itu banyak, mereka berjualan keliling. Kemenangan saya, saya berjualan di tempat. Kemudian rasa yang saya buat cocok dengan lidah orang Jawa Tengah," terangnya.
Tetap Pertahankan Resep
Sudah 47 tahun Widyo membuka usaha bolang-baling Peterongan ini. Widyo menuturkan, sejak awal dirintis hingga kini ia tak pernah mengubah atau memodifikasi resep bolang-baling buatannya.
Ia mengaku ingin menunjukkan kepada masyarakat keaslian dari kue berbahan dasar tepung ini. "Saya ingin menunjukkan bolang-baling original. Bolang-baling original ini tidak ada wijennya. Saya ingin menunjukkan apa adanya," ungkapnya.
Bolang-baling ini Widyo jual bersama dua jajanan lainnya yakni cakwe dan untir-untir. Ia mengaku pernah memecahkan rekor Muri untuk pembuatan cakwe sepanjang 10.10 meter pada tahun 2004.
"Saya pernah ditantang bagaimana kalau bolang-baling, namun sulit. Belum bisa. Bentuknya bisa, hanya dalamnya tidak merata. Jangkauan panas minyak tidak mencapai," imbuhnya.
Dalam penjualan jajanan itu, Widyo dapat menghabiskan 25 kg tepung terigu setiap harinya. Sebanyak 25 kg tepung terigu tersebut dapat menghasilkan sekira 800 butir cakwe dan bolang baling. Widyo membanderol setiap butir cakwe maupun bolang-baling dengan harga Rp 2.500.
"Kalau ukurannya besar saya jual Rp 3.000. Biar yang lain lebih murah, dengan harga segitu saya ingin tetap mempertahankan kualitas," tukasnya.
Artikel telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul "Kisah Widyo Pemilik Bolang-Baling Peterongan yang Legendaris, Dapat Resep dari Seorang Pengembara"
Baca Juga :