Dongeng Fabel Dari Indonesia Untuk Pengantar Tidur Anak-Anak
Mendengarkan cerita sebelum tidur adalah salah satu kegiatan yang menyenagkan bagi anak-anak. Hal ini berguna juga untuk mendekatkan orangtua dan anak. Dongeng yang cocok untuk anak adalah cerita fabel.
Cerita fabel adalah sebuah cerita atau dongeng yang menampilan cerita tentang binatang sebagai tokoh utama. Dalam fabel, binatang ditampilkan sebagai tokoh utama. Selain itu, karakter-karakter yang diperankan oleh binatang memiliki karakter seperti manusia pada umumnya. Ada karakter yang berperan sebagai protagonis dan ada juga yang antagonis.
Mereka yang berkarakter antagonis digambarkan sebagai pihak jahat seperti suka menipu, licik, suka menang sendiri dan sombong. Sedangkan mereka yang protagonis biasanya pintar, senang berteman, suka membantu, sopan dan jujur. Dalam penyajiannya, fabel bersifat mendidik dan disajikan sebagai kiasan kehidupan manusia untuk mendidik masyarakat.
Banyak pilihan cerita fabel yang bisa dibacakan. Berikut cerita fabel untuk dongeng anak yang penuh pesan moral dan nilai kehidupan:
1. Kisah gajah dan semut
Gajah dikenal sebagai binatang yang besar. Suatu hari, kawanan gajah yang besar datang ke hutan untuk mencari makan. Kehadiran gajah ini mengganggu kawanan semut yang tinggal di sana. Banyak rumah semut hancur karena diinjak gajah yang mencari makan.
"Pergilah dari sini, gajah! Ini daerah tempat kami tinggal," kata salah satu semut.
Mendengar ucapan itu, gajah hanya tertawa. Ia tak peduli dan menganggap semut adalah binatang kecil yang tidak berbahaya. Kawanan semut merasa kesal dan berencana untuk mengusir gajah-gajah itu dari hutan tempat mereka tinggal. Keesokan harinya, semut-semut mencoba bicara pada kawanan gajah dan meminta mereka meninggalkan hutan.
Gajah menolak untuk meninggalkan hutan dan hal ini membuat kawanan semut semakin marah. Semut-semut itu pun menyerang kawasan gajah dengan menggigit kulit dan masuk ke dalam telinga hingga gajah-gajah terjatuh.
Kawanan gajah akhirnya menyerah dan meninggalkan hutan. Mereka sadar bahwa semut-semut itu tidak bisa diremehkan hanya karena memiliki badan kecil.
Dibalik kisah gajah dan semut ini, tersimpan pesan moral yang bisa diajarkan pada anak-anak. Orangtua bisa menjelaskan bahwa kita tidak boleh meremehkan orang lain dan merasa kuat karena memiliki tubuh besar.
2. Kancil cerdik dan buaya
Dikisahkan pada suatu siang yang terik, seekor kancil berjalan lunglai menahan haus dan lapar. Musim kemarau sudah tiba. daratan tempat tinggal Kancil sudah kering dan tak ada makanan.
"Aduh aku lelah dan lapar sekali. Musim kemarau sudah tiba," keluh Kancil.
Kancil pun berjalan menuju sungai nun segar. Ia hanya bisa minum tanpa bisa makan. Tiba-tiba di seberang sungai, Kancil melihat kebun timun tumbuh subur dan lebat. Mentimun adalah makanan kesukaan Kancil. Ia berniat menyeberangi sungai yang dalam tersebut. Namun sungai tersebut penuh dengan buaya buas.
"Sungai ini penuh dengan buaya yang rakus. Jika aku menyeberang, pasti aku akan dimakan," kata Kancil.
Dari jauh, tampak tiga ekor buaya berenang mendekati Kancil.
"Kancil, kebetulan sekali kau datang ke sungai ini. Mendekat dan minumlah air sungai kami yang segar. Kau haus bukan? " bujuk seekor buaya paling besar.
Kancil yang cerdik pun tidak mudah kena bujuk rayu buaya. Ia pun berfikir keras bagaimana caranya ia bisa menyeberang. Tak perlu waktu lama, Kancil si Cerdik pun menemukan ide cemerlang.
" Wahai buaya.... Sebenarnya aku ke sini diperintahkan oleh raja hutan untuk membagikan daging segar untuk kalian semua," tutur Kancil.
"Benarkah Kancil?" tanya Buaya.
Kancilpun mendekat ke sungai sambil meminum air segar.
"Tetapi aku harus tahu jumlah kalian semua agar adil," kata Kancil.
"Lalu apa yang harus kami lakukan?" tanya Buaya.
"Panggil teman-temanmu kemari, aku akan menghitung jumlahnya," kata Kancil.
Lalu salah satu buaya pun pergi untuk memanggil teman-temannya. Belasan buaya sudah berkumpul di hadapan kancil. Kancil sebenernya menyimpan rasa takutnya melihat banyak buaya beringas ada di hadapannya.
"Kalau kalian bergerombol begitu, mana bisa aku menghitungnya. Sekarang berbarislah yang rapi," pinta Kancil.
Para buaya pun berbaris di sepanjang sungai agar bisa dihitung jumlahnya. Kancil pun lantas menginjak barisan buaya itu. Kancil melompat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya sambil menghitungnya.
"satu, dua, tiga,......... dua belas, tiga belas, empat belas," hitung Kancil.
Setelah sampai pada buaya yang ada di barisan terakhir maka ia pun melompat dan sampai di seberang sungai. Sesampainya di seberang sungai, Kancil pun mengucapkan terimakasih.
" Terimakasih telah membantuku menyeberang," kata Kancil segera berlari kencang.
Para buaya pun saling berpandangan.
" Jadi kita hanya dijadikan jembatan? Kau telah menipu kami. Awas kau kanciiiil," teriak buaya paling besar.
Cerita kancil dan buaya ini mengajarkan kita tentang kecerdikan yang disalahgunakan. Si kecil bisa belajar untuk tidak berbohong dan menyalahgunakan kecerdikan yang bisa merugikan orang lain.
3. Bebek buruk rupa
Dikisahkan seorang petani memiliki seekor bebek. Bebek ini melahirkan sepuluh telur dan semuanya menetas. Namun, dari sepuluh bebek, ada satu yang wajahnya berbeda dari sang induk. Bentuknya lebih besar dan warnanya abu-abu.
Setiap hari, bebek abu-abu ini harus hidup menderita karena diolok-olok bebek-bebek lain. Karena sedih, bebek ini pun meninggalkan peternakan dan lari ke sungai dan bertemu dengan angsa putih yang sangat cantik.
Bebek ini berusaha tidak menghiraukan angsa itu karena terlalu sedih diejek bebek lain. Saat berlari menyeberangi sungai, dia tanpa sengaja melihat bayangannya sendiri di air sungai.
Betapa terkejutnya bebek ini, ternyata wajahnya kini berubah menjadi angsa yang cantik. Ia baru menyadari kalau selama ini dirinya bukanlah itik jelek, tapi angsa yang cantik.
Dari cerita ini, si Kecil dapat belajar percaya diri. Penampilan bukanlah segalanya, yang penting kita saling menghargai perbedaan ya.
4. Burung Udang dan Ikan Toman
Dikisahkan pada zaman dahulu ada sebuah sungai di daerah Melayu Riau. Sungai itu bernama Sungai Silam. Di Sungai Silam inilah hidup seekor Ikan Toman. Suatu sore Ikan Toman itu sedang melamun memandang sebuah pohon yang tumbuh di tepi sungai. Pohon tersebut menghasilkan biji-bijian berwarna merah. Ratusan kali Ikan Toman berusaha melompat untuk menggapai biji itu. Namun ia gagal.
"Setiap tahun sekali, pohon itu akan mengeluarkan biji merah. Itu sungguh menggiurkan. Aku ingin sekali mencicipinya. Tetapi rasanya mustahil," tutur Ikan Toman.
"Andai saja aku memiliki sayap dan bisa terbang tinggi," keluh Ikan Toman lagi.
Sementara itu, seekor Burung Udang terbang kesana kemari mencari makan. Setelah lelah melanglangbuana, Burung Udang pun singgah di dahan pohon tepi Sungai Silam. Dari kejauhan, terlihat di dasar sungai yang jernih itu ada banyak cacing hidup.
Bagai hujan di tengah kemarau, Burung Udang pun gembira menemukan makanannya. Ia pun berusaha menyelam ke sungai. Namun usahanya sia-sia. Ia tidak bisa menyelam, bahkan berenangpun tidak.
"Ah andainsaja aku punya sirip untuk berenang," keluh Burung Udang.
Melihat Burung Udang bersusah payah berenang, Ikan Toman pun menghampirinya.
"Hai Burung Udang, apa yang kau cari di dasar sana?" tanya Ikan Toman.
"Hai Ikan Toman, aku hendak mengambil cacing untuk aku makan. Tetapi aku tidak bisa berenang,"kata Burung Udang.
"Baik lah, dengan senang hati aku akan mengambilkannya untukmu,"kata Ikan Toman.
Ikan Toman pun menyelam. Tak butuh waktu lama, Ikan Toman keluar dari air dengan membawa puluhan cacing. Ikan Toman pun berenang ke tepi dan memberikannya untuk Burung Udang.
"Oh Ikan Toman, kau baik sekali. Semoga kebaikanmu berbuah manis. Aku tidak tahu caranya berbalas budi," tutur Burung Udang.
"Tidak usah sungkan. Aku senang bisa membantumu Burung Udang," tandas Ikan Toman.
Ikan Toman pun kembali berenang sembari melihat biji-bijian itu. Melihat itu, Burung Udang mengetahui jika Ikan Toman menginginkannya.
"Toman, apa kau menginginkan biji merah itu?" tanya Burung Udang.
Ikan Toman pun terkejut Burung Udang bisa mengetahuinya.
"Eh anu, bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya.
Tanpa dijawab, Burung Udang pun segera terbang memetik biji-bijian itu.
Semenjak saat itu, persahabatan keduanya mulai terjalin. Selain berburu bersama, burung udang dan ikan toman saling membantu jika salah satu di antara mereka sedang ada yang mengalami kesulitan.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa terkadang permasalahan lebih mudah selesai ketika ada bantuan dari orang lain, seperti sahabat kita.
5. Semut dan Belalang
Pada suatu hari di musim panas, di sebuah hutan yang rimbun terlihat seekor Belalang yang sedang gembira. Ia meloncat dari dahan satu ke dahan lainnya. Memakan dengan lahap daun-daun kesukaannya sambil menikmati musim panas yang cerah.
Tiba-tiba Belalang bedpapasan dengan seekor semut yang bersusah payah membawa butir jagung. Semut itu sudah berlalu lalang puluhan kali di hadapan Belalang.
"Hai semut, kenapa kau sibuk mondar-mandir membawa bulir jagung?" tanya Belalang.
"Aku sedang mengumpulkan persediaan makanan untuk musim dingin," tuturnya.
"Ayolah semut, ini musim panas, waktunya yang tepag untuk bersantai,"rayu Belalang.
Semut lantas menyarankan Belalang untuk melakukan hal yang sama. Belalang pun tertawa.
" Musim dingin masih lama, aku ingin bersantai-santai di musim panas," lanjut Belalang.
Karena semut tak mau bermain bersama Belalang, Belalang pun iseng mengganggu semut yang bekerja. Ia melompat-lompat di hadapan semut membuat perjalanan semut terganggu. Semut pun marah.
" Daripada kau menggangguku, lebih baik kau membantuku Belalang," lanjut Semut.
Mendengar itu Belalang kembali tertawa.
"Hahahah untuk apa aku membantumu, aku lebih senang mengganggumu bekerja," tawa Belalang.
Semut pun tak meghiraukannya dan tetap bekerja. Ketika musim dingin tiba, Belalang tak bisa keluar dari sarangnya. Musim begitu dingin. Sedangkan di rumahnya sama sekali tak ada makanan.
Sementara itu, dari balik sarangnya, Belalang mengamati semut-semut yang terlihat berbahagia. Selama musim dingin, mereka berpesta setiap hari, menikmati persediaan makanan yang telah mereka kumpulkan. Belalang menyesal telah membuang waktunya untuk bermalas-malasan.
Dari kisah semut dan belalang ini kita dapat belajar bahwa bekerja keras dapat membuahkan hasil yang baik. Jangan menjadi anak malas dan dengarkan nasihat positif dari teman dan orang sekitar ya.
Baca Juga :