Ini Dia Fakta yang Mencengangkan Mengenai Orang yang Suka Beres-Beres
Banyak orang merasa familiar dengan perasaan ingin membersihkan atau merapikan sesuatu ketika berada dalam situasi penuh tekanan atau kecemasan. Aktivitas beres-beres ini kadang berlangsung begitu intens hingga tampak tak pernah berhenti, seolah-olah mereka merasa perlu terus membersihkan untuk mendapatkan ketenangan. Menurut para ahli, perilaku ini dapat menjadi tanda bahwa seseorang sedang mencoba menyibukkan diri demi menghindari atau mengalihkan perhatian dari pikiran yang tidak nyaman.
Fenomena Beres-Beres Sebagai Mekanisme Pengalihan Emosi
Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Anxiety Disorders, perilaku beres-beres yang berlebihan dapat dianggap sebagai bentuk “coping mechanism” atau mekanisme penanggulangan yang dilakukan secara tidak sadar untuk meredakan kecemasan. Ahli psikologi dari Universitas Harvard, Dr. James Fuller, menjelaskan bahwa tindakan ini dapat memberikan perasaan kontrol dalam situasi yang seolah-olah tidak bisa mereka kendalikan. "Ketika seseorang merasa kacau atau cemas, mereka akan berusaha untuk mengontrol hal-hal di sekitar mereka. Dalam banyak kasus, membersihkan atau merapikan lingkungan menjadi cara untuk menciptakan perasaan kendali atas situasi yang penuh ketidakpastian," ujarnya.
Penelitian tentang Hubungan Beres-Beres dan Kesehatan Mental
Studi lain dari Universitas Stanford menunjukkan bahwa aktivitas beres-beres yang berlebihan dapat meningkatkan kadar dopamin, hormon yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia sementara. Namun, efek ini tidak selalu membawa solusi jangka panjang bagi kondisi psikologis yang mendasari perilaku tersebut. "Pada dasarnya, perilaku beres-beres yang berlebihan ini sering kali hanya menutupi masalah utama," jelas Profesor Julia Morrison, seorang psikolog klinis dan peneliti kesehatan mental. "Orang-orang yang sibuk beres-beres cenderung menghindari untuk menghadapi pikiran atau emosi negatif yang sebenarnya mereka rasakan, yang jika dibiarkan terus-menerus bisa memicu stress yang lebih berat."
Mengapa Orang Beralih ke Beres-Beres untuk Mengatasi Emosi?
Menurut ahli psikologi klinis, aktivitas yang repetitif seperti merapikan barang atau membersihkan ruangan dapat memberi efek menenangkan bagi orang yang sedang merasa cemas. Sebuah studi di American Journal of Psychology menemukan bahwa kegiatan berulang ini bisa membantu seseorang untuk sementara melupakan pikiran-pikiran negatif yang muncul. Dalam konteks ini, Dr. Elizabeth Grant dari UCLA mengungkapkan, “Beres-beres memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada tugas yang mudah dan terstruktur, sehingga mampu mengurangi beban mental dari pikiran atau kecemasan yang sulit diatasi.”
Kapan Perilaku Beres-Beres Menjadi Masalah?
Meski beres-beres dapat memberikan kelegaan sementara, ada batasan di mana perilaku ini dianggap tidak sehat. Terutama bila seseorang menjadi terlalu obsesif atau bahkan mengorbankan aktivitas sehari-hari demi membersihkan atau merapikan. Dalam kasus seperti ini, perilaku tersebut bisa menjadi bagian dari gangguan obsesif-kompulsif atau OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Menurut Asosiasi Psikologi Amerika (APA), jika seseorang merasa bahwa kebiasaan beres-beres mereka sudah mengganggu produktivitas atau kehidupan sosial, mereka disarankan untuk mencari bantuan profesional.
Meskipun beres-beres merupakan hal yang biasa dan bisa membantu seseorang merasa lebih terkontrol, ada baiknya untuk mengenali kapan perilaku tersebut mulai menjadi pelarian dari masalah emosional atau psikologis yang lebih mendalam. Mengenali dan mengatasi penyebab kecemasan atau pikiran kacau dengan metode yang tepat, seperti konseling atau terapi, dapat membantu seseorang menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan sehat.
Baca Juga :