Apa Itu Body dysmorphic disorder?
Belakangan ini makin tinggi kesadaran orang untuk berolahraga. Hal ini bisa dilihat banyaknya tempat kebugaran bermunculan, banyaknya kompetisi mulai dari lari marathon sampai ke rally sepeda.
Selain diet dan menjaga pola makan, olahraga menjadi salah satu cara untuk membuat tubuh lebih sehat dan bugar. Untuk mendapatkan badan bagus, berotot dan ideal memang hanya bisa dilakukan dengan berolahraga. Namun terkadang ada permasalahan yang muncul ketika sudah rutin berolahraga tetapi tidak ada perubahan yang terjadi di tubuh.
Kondisi dimana tidak adanya berubahan yang terjadi pada tubuh meski sudah rutin berolahraga disebut body dysmorphia disorder.
Apa itu Body Dysmorphia Disorder (BDD) ?
Dikutip dari MayoClinic Body Dysmorphia Disorder atau Gangguan dismorfik tubuh adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana kamu tidak bisa berhenti memikirkan satu atau lebih cacat atau kekurangan yang dirasakan dalam penampilan - sebuah cacat yang tampak kecil atau tidak dapat dilihat oleh orang lain. Namun kamu mungkin merasa sangat malu, malu, dan cemas sehingga menghindari banyak situasi sosial.
Ketika seseorang menderita gangguan dismorfik tubuh, kamu sangat fokus pada penampilan dan citra tubuhmu, berulang kali memeriksa cermin, berdandan atau mencari ketenangan, terkadang selama berjam-jam setiap hari. hal ini membuatmu merasa rendah diri dengan kondisi fisik meskipun hal itu hanyalah masalah kecil.
Orang-orang dari segala usia dapat menderita BDD, tetapi penyakit ini paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda baik pria maupun wanita. Memiliki BDD tidak berarti kamu sombong atau terobsesi pada diri sendiri. Ini bisa sangat menjengkelkan dan berdampak besar pada hidupmu.
Gejala Body Dysmorphia Disorder (BDD)
Seseoran mungkin menderita BDD jika :
-
terlalu khawatir tentang area tertentu di tubuh (terutama wajah)
-
menghabiskan banyak waktu membandingkan penampilan dengan penampilan orang lain
-
sering-seringlah melihat diri di cermin atau hindari cermin sama sekali
-
melakukan banyak upaya untuk menyembunyikan kekurangan – misalnya dengan menghabiskan waktu lama menyisir rambut, merias wajah, atau memilih pakaian
-
pilih kulit untuk membuatnya "halus"
BDD dapat berdampak serius pada kehidupan sehari-hari, termasuk pekerjaan, kehidupan sosial, dan hubungan.
BDD juga dapat menyebabkan depresi, menyakiti diri sendiri, dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Penyebab Body Dysmorphia Disorder (BDD)
Penyebab BDD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan ada kaitannya dengan:
-
genetika – kamu mungkin lebih mungkin terkena BDD jika memiliki kerabat yang menderita BDD, gangguan obsesif kompulsif (OCD), atau depresi
-
ketidakseimbangan kimia di otak
-
pengalaman traumatis di masa lalu seperti diejek, diintimidasi, atau dianiaya ketika masih kecil
-
Beberapa orang dengan BDD juga memiliki kondisi kesehatan mental lainnya, seperti OCD, gangguan kecemasan umum, atau gangguan makan.
Pengobatan Body Dysmorphia Disorder (BDD)
Orang dengan gangguan body dysmorphia harus segera mencari bantuan ke dokter ataupun psikolog untuk meyakinkan dirinya atas pikiran cemas dan negatif tersebut. Dengan begitu, diharapkan orang dengan body dysmorphia disorder tersebut dapat mempercayai kata-kata yang disampaikan oleh ahli yang bersangkutan.
Gejala BDD bisa membaik dengan pengobatan. Jika gejala relatif ringan, harus dirujuk untuk menjalani jenis terapi bicara yang disebut terapi perilaku kognitif atau Cognitive behavioural therapy (CBT), yang dilakukan sendiri atau dalam kelompok. Gejala sedang, harus diberikan CBT atau sejenis obat antidepresan yang disebut Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Gejala lebih parah, atau pengobatan lain tidak berhasil, harus diberikan CBT bersamaan dengan SSRI.
Cognitive behavioural therapy (CBT)
CBT dapat membantu penderita mengelola gejala BDD dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku. CBT untuk mengobati BDD biasanya mencakup teknik yang dikenal sebagai pencegahan paparan dan respons (ERP).
Ini melibatkan menghadapi situasi secara bertahap yang biasanya membuat Anda berpikir obsesif tentang penampilan dan merasa cemas. Terapis akan membantu penderita menemukan cara lain untuk mengatasi perasaan dalam situasi ini sehingga, seiring berjalannya waktu, penderita dapat menghadapinya tanpa merasa minder atau takut.
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
SSRI adalah sejenis antidepresan. Ada sejumlah SSRI yang berbeda, namun fluoxetine paling sering digunakan untuk mengobati BDD. Mungkin diperlukan waktu hingga 12 minggu agar SSRI dapat memberikan efek pada gejala BDD. Jika obat tersebut berhasil untuk, penderita mungkin akan diminta untuk terus meminumnya selama beberapa bulan untuk memperbaiki gejala lebih lanjut dan mencegahnya datang kembali.
Ada beberapa efek samping umum dari penggunaan SSRI, namun efek ini sering kali akan hilang dalam beberapa minggu. Dokter akan terus mengawasi selama beberapa minggu pertama. Penting untuk memberi tahu mereka jika penderita merasa sangat cemas atau emosional, atau berpikir untuk menyakiti diri sendiri.
Perawatan lebih lanjut
Jika pengobatan dengan CBT dan SSRI tidak memperbaiki gejala BDD setelah 12 minggu, mungkin akan diberi resep jenis SSRI lain atau antidepresan lain yang disebut clomipramine.
Baca Juga :