Kenali Gejala Awal Disleksia Pada Anak Mulai dari Balita Sampai Remaja
Disleksia didefinisikan sebagai gangguan belajar pada anak, dengan gejala utama kesulitan mengeja, membaca dan menulis. Pada beberapa anak, mereka juga sulit berbicara. Sayangnya, gejala disleksia sulit dikenali sampai anak mulai bersekolah. Guru mereka di sekolah mungkin akan menjadi orang pertama yang memperhatikan tanda-tanda, terutama jika anak kesulitan membaca, mengeja, dan mengikuti instruksi di kelas. Gejala disleksia bisa berubah pada usia dan tahapan kehidupan yang berbeda. Setiap anak penyandang disleksia memiliki kekuatan yang unik, dan menghadapi tantangan yang berbeda-beda.
Gejala Disleksia
Disleksia dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung kepada usia dan tingkat keparahan yang dialami penderita. Gejala dapat muncul pada usia 1-2 tahun, atau setelah dewasa.
Pada anak balita, gejala dapat sulit dikenali. Namun setelah anak mencapai usia sekolah, gejala akan makin terlihat, terutama ketika anak belajar membaca. Gejala yang muncul meliputi:
1. Gejala disleksia pada anak prasekolah
Anak-anak prasekolah penderita disleksia mungkin menunjukkan tanda-tanda yang meliputi:
-
Sulit untuk mempelajari atau mengingat huruf-huruf alfabet.
-
Salah mengucapkan kata-kata yang sudah dikenal da biasanya masih menggunakan bahasa bayi.
-
Kesulitan mengenali huruf. Misalnya, mereka salah mengira "t" adalah "d".
-
Tidak dapat mengenali pola berima.
2. Gejala disleksia pada siswa sekolah dasar
Ciri-ciri siswa sekolah dasar dengan disleksia:
-
Membaca lebih lambat dari anak-anak lain seusia mereka
-
Tidak bisa membedakan antara huruf atau kata tertentu
-
Menghubungkan huruf dengan suara yang mereka buat "buh" untuk "b" atau "em" untuk "m"
-
Menulis huruf atau angka secara terbalik, seperti "b", ditulis "d"
-
Kesulitan melafalkan kata-kata saat mereka membaca
-
Tidak selalu bisa mengerti apa yang mereka baca
-
Sangat lamban dalam menulis
-
Sering salah eja, bahkan untuk kata-kata yang mudah
-
Penglihatan akan kata-kata di buku tampak kabur atau tidak beraturan
-
Kesulitan untuk mengikuti serangkaian instruksi
3. Gejala disleksia setelah sekolah dasar
Berikut ciri-ciri anak disleksia pada tahap sekolah menengah dan atas:
-
Kesulitan menulis dengan jelas (membuat kesalahan dalam ejaan, tata bahasa, dan tanda baca)
-
Cenderung menghabiskan waktu yang lama saat harus menyelesaikan pekerjaan rumah atau menyelesaikan ujian
-
Memiliki tulisan tangan yang berantakan
-
Bicara pelan-pelan
-
Menghindari membaca dengan suara keras
-
Menggunakan kata yang salah dan tidak sesuai dengan fungsinya pada kalimat
-
Tidak dapat mengingat nama kata, jadi mereka mungkin sering mengucapkan "um" atau "uh"
4. Gejala disleksia pada orang dewasa
Orang dewasa yang menderita disleksia mungkin mengalami kesulitan saat harus melakukan hal-hal berikut ini.
-
Membaca, membaca dengan kecepatan yang baik, atau aktivitas menarik yang melibatkan membaca
-
Mengeja, menghafal atau mengingat kata-kata
-
Membuat catatan atau menyalin sesuatu
-
Memahami ucapan atau lelucon umum yang melibatkan pemberian arti berbeda pada sekumpulan kata.
-
Kesulitan berhitung, belajar bahasa lain atau mengingat angka seperti kata sandi atau nomor pin
-
Tetap teratur dan memenuhi tenggat waktu
Penyebab dan Faktor Risiko Disleksia
Belum diketahui apa penyebab pasti disleksia, tetapi kondisi ini diduga terkait dengan kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa. Sejumlah faktor yang diduga memicu kelainan gen tersebut adalah:
-
Infeksi atau paparan nikotin, alkohol, dan NAPZA pada masa kehamilan.
-
Lahir prematur atau terlahir dengan berat badan rendah.
-
Riwayat disleksia atau gangguan belajar dalam keluarga juga menjadikan anak menderita disleksia.
Pengobatan Disleksia
Pada dasarnya, disleksia tidak dapat disembuhkan. Terapi yang dapat dilakukan bertujuan untuk melatih anak agar dapat berlaku normal di masyarakat. Beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
-
Membacakan buku untuk anak-anak.
-
Mengupayakan kerjasama yang baik dengan pihak sekolah anak.
-
Memperbanyak waktu membaca di rumah.
-
Membuat suasana membaca menjadi menyenangkan.
-
Memotivasi anak untuk senang membaca buku.
-
Mendiskusikan isi buku bersama-sama dengan anak.
-
Menghindari celaan jika anak melakukan kesalahan saat membaca agar anak dapat memiliki kepercayaan diri.
Baca Juga :