Serba Serbi Perayaan Imlek di Indonesia
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama (Hanzi; pinyin: zh?ng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúx yang berarti "malam pergantian tahun".
Orang Tionghoa di Indonesia mulai merayakan imlek secara bebas semenjak pemerintahan Gus Dur pada tahun 2000.
Berbagai tradisi Imlek yang unik hanya dijalankan saat perayaan Imlek. Meskipun zaman semakin berkembang, masih ada sebagian orang yang menjalankan tradisi-tradisi ini untuk melestarikannya. Apa saja tradisi Imlek di Indinesia yang biasa dijalankan?
1. Serba Warna Merah
Salah satu ciri khas dalam setiap perayaan Imlek terutama di Indonesia adalah penggunaan warna merah di segala tempat.
Warna merah melambangkan sesuatu yang kuat, sejahtera, dan membawa hoki bagi masyarakat Tionghoa. Tidak hanya itu konon katanya warna merah juga dipercaya dapat mengusir Nian atau sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung yang keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek.
2. Membersihkan Rumah
Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa membersihkan rumah berarti membuang segala keburukan yang menghalangi datangnya keberuntungan. Makanya kegiatan bersih-bersih ini biasa dilakukan satu hari menjelang Imlek, karena dipercaya jika membersihkan rumah pada saat Imlek akan membuang keberuntungan di tahun tersebut.
Bukan hanya itu saja, setelah membersihkan rumah, pada 3 hari pertama perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa tidak boleh menyapu rumah, karena dianggap akan menyapu keberuntungan yang masuk.
3. Bagi-bagi Angpao
Tradisi yang satu ini memang tidak asing bagi Anda. Tradisi yang tidak pernah absen dalam setiap perayaan Imlek ini memang menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu saat perayaan Imlek. Tradisi bagi-bagi angpao ini merupakan tradisi di mana masyarakat Tionghoa yang sudah berkeluarga memberikan rezeki kepada anak-anak dan orang tuanya.
Dalam kepercayaan Tionghoa, uang di dalam angpao yang akan dibagikan tidak boleh diisi dengan mengandung angka 4 di dalamnya karena angka 4 dianggap membawa sial. Dalam bahasa China angka empat terdengar seperti kata ‘mati’.
Selain itu, jumlah uang yang diberikan juga tidak boleh ganjil karena berhubungan dengan pemakaman. Bagi-bagi angpao juga dipercaya makin memperlancar rezeki di kemudian hari. Makna tradisi membagikan angpao pada saat Imlek ini berkaitan dengan transfer energi dan kesejahteraan yang juga dipercaya memperlancar rezeki di kemudian hari.
Angpao hanya boleh diberikan oleh orang-orang yang sudah menikah kepada orang-orang yang belum menikah saja.
4. Menyediakan Kue Keranjang
Kue keranjang adalah kue khas yang selalu disajkan pada saat perayaan imlek. Kue keranjang (ada juga yang menyebutnya dengan kue ranjang) dalam bahasa mandarin disebut juga dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe, yang diperoleh dari wadah cetakan kue yang berbentuk Keranjang. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.
Kue keranjang memiliki filosofi pembawa keberuntungan. Di Cina terdapat kebiasaan dan kepercayaan bahwa menyantap kue keranjang lebih dulu di tahun baru Imlek sebelum makan makanan lain mampu menjadikan kehidupan manis dan beruntung sepanjang tahun.
Sebutan Nian Gao dengan suku kata 'Nian' yang berarti 'lengket', pelafalannya mirip dengan kata 'tahun' dan kata 'Gao' yang diartikan sebagai 'tinggi', membuat kue ini memiliki makna filosofis peningkatan kemakmuran dan tingginya rezeki sepanjang tahun.
5. Mengharapkan Turun Hujan
Masyarakat Tionghoa pada setiap perayaan tahun baru Imlek pasti sangat mengharapkan turunnya hujan karena dianggap sebagai pembawa keberuntungan dan keberkahan. Masyarakat Tionghoa pada umumnya meyakini turunnya hujan berarti Dewi Kwan Im sedang menyiram bunga Mei Hua yang juga bisa berarti turunnya keberkahan dari langit.
-
|
Makna hujan gerimis
|
|
Apabila hujan yang turun hanya rintik-rintik, itu artinya keberuntungan yang akan datang juga sedikit.
Namun bila hujan gerimis itu terjadi dalam waktu lama, dianggap sebagai datangnya keberuntungan
sepanjang tahun.
|
|
|
-
|
Makna hujan deras
|
|
Sementara apabila hujan deras, maka berarti akan ada keberuntungan yang melimpah ruah
menghampiri masyarakat Tionghoa yang tempat tinggalnya diguyur hujan.
|
|
|
-
|
Makna hujan badai
|
|
Namun, bila hujan yang turun terlampau deras dan disertai dengan munculnya angin besar ataupun badai,
maka itu juga merupakan pertanda yang tidak menguntungkan karena bisa menyebabkan musibah
dan marabahaya seperti banjir ataupun pohon tumbang.
|
6. Kumpul Keluarga
Layaknya seperti perayaan-perayaan lainnya, saat Imlek, juga penting untuk bisa kumpul-kumpul keluarga. Mulai dari makan bersama di malam Imlek, dilanjutkan dengan sembahyang di klenteng masih menjadi tradisi hingga kini. Tradisi Imlek ini juga yang menjadi tradisi tahun baru Imlek di Indonesia.
7. Menyalakan Kembang Api dan Petasan
Dalam budaya tradisional Tiongkok, petasan pada awalnya digunakan untuk menakuti roh jahat . Seperti legenda, monster bernama Nian akan keluar untuk makan penduduk desa dan menghancurkan rumah mereka pada setiap Malam Tahun Baru. Penduduk desa menemukan bahwa membakar bambu kering untuk menghasilkan suara ledakan membuat monster itu ketakutan. Sejak itu, telah menjadi tradisi di Tahun Baru Cina.
Saat ini, menyalakan petasan dan kembang api adalah kebiasaan utama untuk merayakan kedatangan Tahun Baru dan cara untuk memeriahkan suasana pesta. Sangat populer untuk menyalakan petasan pada waktu-waktu berikut:
-
Saat tahun baru tiba, ada hiruk-pikuk kembang api dan petasan di sekitar, disertai dengan asap tebal, guncangan bangunan, dan suara ratusan alarm mobil.
-
Di kota-kota besar, kembang api dinyalakan terus menerus selama satu hingga dua jam.
-
Sebelum makan malam Tahun Baru: Ketika makan malam reuni siap, banyak keluarga menyalakan petasan untuk mengundang leluhur merayakan festival bersama. Ini juga merupakan cara untuk menambahkan suasana gembira ke festival dan itu membawa kebahagiaan besar.
-
Di tengah malam pada Hari Tahun Baru: Adalah kebiasaan untuk begadang sampai tengah malam setelah makan malam reuni. Petasan dan kembang api berangkat pada tengah malam untuk menakut-nakuti iblis dan merayakan kedatangan tahun baru.
-
Pada pagi hari Tahun Baru: Di beberapa tempat, keluarga pertama kali menyalakan petasan ketika mereka membuka pintu atau sebelum mereka keluar. Ini melambangkan keberuntungan sepanjang tahun.
-
Banyak keluarga tidak akan segera menyapu kertas merah yang ditinggalkan petasan karena mereka percaya bahwa tindakan menyapu pada hari ini berhubungan dengan menyapu kekayaan.
8. Pertunjukan Liong dan Barongsai
Orang China selalu mengadakan Tarian Naga dan Singa di Tahun Baru Imlek. Tarian naga (liang liong) dan tarian singa (barongsai) adalah pertunjukan tradisional agar suatu festival atau acara-acara besar menjadi lebih meriah.
Masyarakat China tradisional yakin bahwa pertunjukan tarian naga atau singa (selama Festival Musim Semi) merupakan salah satu cara untuk berdoa. Tujuannya untuk keberuntungan dan mengusir roh jahat.
9. Tidak Boleh Membalik Ikan
Menyantap ikan mungkin menjadi hal yang biasa saat perayaan. Namun berbeda jika dilakukan saat Imlek. Dalam tradisi Imlek Anda dilarang mengambil daging ikan pada bagian bawah.
Tidak hanya itu, Anda juga diharuskan menyisakan ikan yang Anda santap untuk dinikmati keesokan harinya. Masyarakat Tionghoa percaya kalau kebiasaan ini merupakan lambang dari nilai surplus untuk tahun yang akan datang.
10. Tradisi Yu Sheng
Yee sang atau yusheng (Hanzi: ??; Pinyin: yúsh?ng) adalah masakan Tiochiu berupa salad ikan segar ditambah irisan halus sayuran seperti wortel dan lobak. Daging ikan yang dipakai adalah irisan ikan tuna atau ikan salem yang sebelumnya bisa sudah direndam dalam campuran minyak wijen, minyak goreng, dan merica. Saus dibuat campuran minyak (minyak goreng dan minyak wijen) dengan tambahan saus buah prem, gula pasir, dan bubuk kayu manis.
Tradisi makan Yu Sheng adalah tradisi yang baru-baru ini menjadi tren di masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa. Tradisi ini dibawa oleh para nelayan dari China Selatan yang hijrah ke Semenanjung Malaysia pada abad ke-19. Yu Sheng sendiri adalah tradisi yang dilakukan untuk menyambut tahun baru Imlek yang berhubungan dengan hidangan khusus di pergantian tahun.
Sesuai adat, menu ini wajib dihadirkan dan disantap dengan iringan doa syukur atas rezeki yang telah diberikan. Doa pengiring Yu Sheng bertujuan agar keluarga yang menyantap Yu Sheng mendapat rezeki yang lebih baik di tahun yang baru.
Dalam tradisi ini makanan disajikan dalam satu piring Yu Sheng. Di piring tersebut ada beberapa makanan dingin seperti irisan ikan salmon, wortel, dan salad lain. Lalu diberikan saus wijen, buah plum, dan sebagainya. Para anggota yang duduk di meja akan mengaduk makanan tersebut bersama dan mengangkatnya dengan sumpit setinggi-tingginya sambil mengucapkan "Lao Qi" atau "Lao Hei"
11. Sembahyang terhadap Leluhur
Orang Tionghoa dengan kepercayaan Konghucu biasanya melakukan sembahyang jelang Imlek dan Cap Go Meh. Penghormatan leluhur yang sering disebut dengan sembahyang ternyata memiliki makna tersendiri. Mengutip buku “Hari-Hari Raya Tionghoa” yang ditulis oleh Marcus A.S terbitan Suara Harapan Bangsa, orang Tionghoa memiliki sebuah pepatah yang berbunyi sebagai berikut:
“Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya,”
Berdasarkan pepatah tersebut, jika dikaitkan dengan kehidupan manusia maka kehidupan yang kini dijalani tidak akan ada jika tidak berasal dari leluhur. Oleh karena itu, manusia harus tetap mengingat dan bersyukur akan kehidupan yang dijalani dengan menghormati leluhur.
Baca Juga :